Ketika saya memasuki dunia kerja beberapa tahun silam, saya berpikir kalau berkata “tidak” di tempat kerja adalah hal yang tidak profesional.
Saya pun mengatakan “ya” pada apapun—mengambil projek baru, mengambil alih tugas rekan kerja, bahkan menambah jam kerja jika ada pekerjaan yang perlu diselesaikan. Saya tidak mau hanya menyelesaikan setengah dari daftar pekerjaan yang harus dilakukan, tetapi saya juga tidak memiliki keberanian untuk menolak. Saya merasa khawatir jika saya mengecewakan mereka dan tampak memiliki perangai buruk. Intinya saya tidak suka konfrontasi.
Tentu saja, saya merasa kewalahan dan kelelahan. Saya menilai kinerja pekerjaan saya sebagai tolak ukur kesuksesan dalam hidup. Dan pada akhirnya, saya gagal dalam mengenali kondisi burnout yang saya alami.
Ambil satu contoh, saya terlalu banyak menuliskan daftar pekerjaan di jadwal hingga membuat saya tak bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai tenggat waktu. Atasan saya pun memanggil saya ke ruangannya dan mengkritisi kebiasaan saya dalam memulai pekerjaan yang banyak tanpa memperkirakan bagaimana cara menyelesaikannya. Akhirnya saya keluar dari ruangan dengan membawa tugas baru: “Prioritaskan daftar pekerjaan.”
Begitu saya memulai, saya menyadari berapa banyak beban kerja yang saya ambil tanpa menyadari apa hal yang saya sukai—dan lebih buruknya, saya masih tidak tahu apa sebenarnya hal-hal tersebut. Semua beban kerja ekstra ini hanya membuat saya kehilangan waktu untuk merefleksikan diri.
Saya pelan-pelan bisa memulai mengatakan “tidak.” Namun, ada hari di mana saya juga kesulitan melakukannya. Tapi, saya terus belajar bagaimana untuk memprioritaskan yang terbaik untuk kebutuhan diri saya.
Bagian paling melegakan dari perjalanan ini, akhirnya saya mulai memahami jika mengatakan “tidak” bukan berarti membuat saya jadi orang yang buruk. Sekarang saya melihatnya sebagai alat yang memungkinkan saya untuk memilih di mana saya menghabiskan waktu dan energi saya. Saya mengingatkan pada diri saya jika berkata “tidak” membantu memperjelas prioritas dan lebih percaya kepada tim saya dibandingkan dengan mengecewakan mereka.
Apabila Anda juga kesulitan dalam hal ini, ketahui jika ada banyak cara untuk menolak permintaan yang tidak bermanfaat bagi Anda tanpa merasa bersalah.
Berikut adalah beberapa rekomendasi bacaan yang boleh jadi sangat menarik:
How to Say “No” After Saying “Yes” (Bagaimana Cara Berkata “Tidak” Setelah Berkata “Ya”)
oleh Melody Wilding
Berkata tidak itu tidaklah mudah dan akan jadi lebih sulit ketika Anda sudah berkata ‘ya’ pada sebuah komitmen. Berikut adalah 6 cara untuk membatalkan komitmen dengan sopan.
When (and How) to Say “No” to Opportunities (Kapan (dan Bagaimana) Mengatakan “Tidak” pada Peluang yang Datang)
oleh Amantha Imber
Bagaimana Anda menolak peluang-peluang yang datang pada Anda ketika semuanya terlihat begitu penting? Berhati-hati dalam memutuskan keputusan bisa menunjukkan apakah Anda menjalani kehidupan yang sukses dan memuaskan, atau kehidupan yang jauh lebih sederhana.
Battle Burnout with This Acronym (Memerangi Burnout dengan Dua Akronim Ini)
oleh Carson Tate
Ketika kamu memilih pekerjaan dibandingkan mendengarkan apa yang sebenarnya dibutuhkan tubuh dan pikiranmu—rehat yang sesungguhnya, menghabiskan waktu dengan orang terkasih, dan menyisakan ruang untuk istirahat dan berpikir—Anda justru mengecewakan orang yang paling penting: diri Anda sendiri. Untuk itu, pelajari cara untuk membuat pilihan di hidup Anda yang mampu memberikan energi untuk melakukan pekerjaan terbaik.
How (and When) to Say No to the Boss (Bagaimana (dan Kapan) Mengatakan Tidak Kepada Atasan)
oleh Dina Smith
Ketika pekerjaan menjadi hal terpenting dalam hidup Anda, berkata “tidak” akan terasa sangat sulit. Tapi Anda perlu untuk mengatur batasan dalam kehidupan kerja untuk kesehatan Anda. Langkah pertama? Mulailah dengan mengevaluasi hal yang terpenting bagi Anda di luar masalah pekerjaan.
Christine vs. Work: How to Say No at Work (Christine vs. Pekerjaan: Bagaimana Cara Berkata Tidak di Tempat Kerja)
oleh Christine Liu
Bagaimana cara Anda menolak permintaan tanpa menyesalinya? Dalam video ini, Rushika Tulshyan membagikan kerangka kerja praktis yang bisa Anda terapkan saat terjadi percakapan alot dengan atasan atau rekan kerja.
Sumber: Harvard Business Review (Rakshitha Arni Ravishankar, 04 November 2021)