Ringkasan.
Banyak orang yang memiliki pekerjaan dengan tingkat tekanan tinggi tidak bahagia dengan karier mereka, meskipun mereka telah bekerja keras seumur hidup untuk mencapai posisi tersebut. Membenci pekerjaan Anda adalah satu hal tersendiri—tetapi, bagaimana jika Anda begitu mengidentifikasikan diri Anda dengan pekerjaan Anda sehingga membenci pekerjaan Anda sama dengan membenci diri Anda? Para psikolog menggunakan istilah “enmeshment” untuk mendeskripsikan situasi saat batasan antar individu mengabur dan identitas individu jadi kehilangan urgensinya.
Dan*, seorang partner bisnis di sebuah firma hukum besar di Boston, dijadwalkan tiba di kantor, tetapi sebaliknya, dia justru meringkuk di lantai kamar mandinya, tidak bercukur, dan mengenakan piyama, menangisi nasibnya.
Ini terjadi secara perlahan, dalam sebuah meeting dengan klien yang sangat memaksa, ketika sebuah pikiran muncul di benaknya: “Mengapa saya ada di sini?” Sejak saat itu, dia menyadari jika ketidaksabaran, ketidakbahagiaan, dan frustrasinya dengan pekerjaannya semakin dalam, sampai tiba-tiba dia menyadari: dia tidak menemukan kebahagiaan atau kepuasan dalam pekerjaannya—dan mungkin dia tidak pernah merasakannya.
Bagi seseorang yang telah membangun seluruh gagasan mengenai dirinya sendiri berkaitan dengan kariernya, pemikiran ini membuat Dan terbawa dalam krisis eksistensial. Siapa dia, jika bukan pengacara dengan kuasa tinggi? Apakah dia telah menyia-nyiakan waktu bertahun-tahun bekerja tanpa hasil? Apakah dia akan memiliki lebih banyak teman dan keluarga yang lebih bahagia jika dia tidak menghabiskan malam-malamnya di kantor?
Kisah Dan adalah kisah yang lumrah terjadi. Banyak orang dengan tekanan pekerjaan tinggi mendapati diri mereka tidak bahagia dengan karier mereka, meskipun mereka sudah bekerja keras sepanjang hidup mereka untuk mencapai posisi mereka saat ini. Membenci pekerjaan Anda adalah satu hal tersendiri—tetapi, bagaimana jika Anda terlalu dekat dengan pekerjaan sehingga saat membenci pekerjaan berarti Anda membenci diri sendiri?
Psikolog menggunakan istilah “enmeshment” (keterikatan) untuk menggambarkan situasi di mana batas antara individu menjadi kabur, dan identitas individu menjadi kehilangan urgensinya. Enmeshment mencegah terjadinya perkembangan diri yang stabil dan mandiri. Dan—seperti halnya orang lainnya yang berada dalam pekerjaan dengan tingkat tekanan tinggi—telah terjerat bukan dengan orang lain, tetapi dengan kariernya sendiri.
Sebagai seorang psikolog, saya memiliki spesialisasi dalam bidang tantangan kesehatan mental yang terkait dengan karier dengan tingkat tekanan tinggi. Orang-orang seperti Dan muncul di kantor saya setiap hari—begitu sering, bahkan, saya harus membangun perusahaan sendiri bernama Azimuth Psychological untuk fokus melayani kebutuhan mereka. Faktor tertentu seperti pencapaian tinggi, daya kompetisi yang kuat, dan budaya kerja yang berlebihan telah menjebak banyak orang dalam badai enmeshment dan burnout. Selama bertahun-tahun, kami telah menemukan bahwa masalah-masalah ini saling terikat dengan cara yang begitu rumit dengan identitas, kepribadian, dan emosi orang sehingga sering kali membutuhkan terapi psikologis penuh untuk mengatasinya dengan baik.
Lantas, ada apa dengan karier bertekanan tinggi yang terlalu sering berujung pada masalah kesehatan mental seperti yang dihadapi Dan?
Budaya kerja di banyak bidang pekerjaan dengan tekanan tinggi sering kali memiliki waktu kerja yang lebih lama yang akan memberikan imbalan dengan kenaikan gaji, prestise, dan promosi. Dan menemukan bahwa menghabiskan lebih banyak waktu di kantor (atau terus berkomunikasi dengan perusahaan) adalah harga yang harus dia bayar untuk perkembangan pesat dirinya dalam perusahaan. Namun, ketika Anda terlibat dalam suatu aktivitas secara intens di kebanyakan waktu Anda, aktivitas itu akan cenderung menjadi semakin sentral bagi identitas Anda—apalagi jika aktivitas tersebut akan menggantikan aktivitas dan hubungan Anda yang mengidentifikasikan diri Anda sebelumnya.
Karier atau prestasi karier tertentu sering kali sangat dihargai dalam keluarga atau komunitas individu. Kedua orang tua Dan adalah pengacara, dan meskipun mereka tidak pernah secara terang-terangan mendorong Dan ke karier hukum, mereka memiliki harapan yang tinggi untuk pencapaian profesional dan finansial Dan. Ketika kesuksesan karier dipandang sebagai tujuan akhir hidup, individu dapat merasa terputus dari keluarga dan teman sebayanya jika mereka gagal (atau hanya memilih untuk tidak) mencapai tingkat kesuksesan profesional tertentu. Ketakutan akan kegagalan dan isolasi ini mendorong orang untuk memusatkan hidup mereka pada pencapaian yang diharapkan oleh orang lain. Fokus dan dorongan yang kuat ini memaksa identitas mereka untuk akhirnya menjadi identik dengan pekerjaan mereka.
Ketika pekerjaan dengan tingkat tekanan tinggi dipasangkan dengan gaji besar, individu bisa masuk ke kelas sosial ekonomi baru. Bukan hanya rumah, mobil, liburan, dan gadget, tetapi juga teman, pesta makan malam, dan pesta amal membuat Dan tidak bisa hidup tanpa hal-hal tersebut. Identitas kita sangat dipengaruhi oleh cara kita menampilkan diri kepada orang lain. Ketika seseorang membentuk identitas yang berfokus pada kekayaan, pencapaian, dan pengaruh, mereka mengikatkan diri pada karier bergaji tinggi yang membawa mereka pada kelas tersebut.
Meskipun bagi mereka yang tidak mengalami burnout, membangun identitas yang lekat dengan karier adalah sebuah langkah yang berisiko. Perusahaan-perusahaan dan seluruh industri mengalami kesulitan dan kebangkrutan. Diskriminasi usia dapat mempersulit siapa pun yang berada dalam pertengahan usia hingga akhir karier mereka untuk menemukan posisi yang cocok di bidang mereka setelah terjadinya PHK. Bagaimanapun terjadinya, terputus hubungan dengan sebuah karier yang memberikan fondasi identitas diri Anda akan mengarah pada masalah yang lebih besar, seperti depresi, kecemasan, penggunaan narkoba, dan kesepian.
Jadi, bagaimana Anda tahu jika identitas Anda telah terikat dengan karier Anda? Cobalah menggunakan pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Seberapa banyak Anda memikirkan pekerjaan Anda di luar jam kantor? Apakah pikiran Anda sering dipenuhi dengan pikiran yang berhubungan dengan pekerjaan? Apakah sulit untuk berpartisipasi dalam percakapan dengan orang lain yang tidak membahas pekerjaan Anda?
- Bagaimana Anda menggambarkan diri Anda? Berapa banyak dari deskripsi Anda yang terkait dengan pekerjaan, jabatan, atau perusahaan Anda? Apakah ada cara lain untuk menggambarkan diri Anda? Seberapa cepat Anda memberi tahu orang yang baru saja Anda temui tentang pekerjaan Anda?
- Di mana Anda menghabiskan sebagian besar waktu Anda? Apakah ada yang pernah mengeluh kepada Anda bahwa Anda terlalu banyak menghabiskan waktu di kantor?
- Apakah Anda memiliki hobi di luar pekerjaan yang tidak secara langsung melibatkan keterampilan dan kemampuan terkait pekerjaan Anda? Apakah Anda bisa dengan konsisten menghabiskan waktu melatih bagian lain dari otak Anda?
- Bagaimana perasaan Anda jika Anda tidak dapat lagi melanjutkan profesi Anda? Seberapa menyedihkan hal ini bagi Anda?
Jika pertanyaan-pertanyaan ini membuat Anda khawatir jika pekerjaan Anda memengaruhi identitas Anda, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk memulai perubahan. Anda dapat melakukannya sendiri, atau dengan bantuan terapis yang memahami masalah yang dihadapi individu dalam karier yang penuh tekanan.
Luangkan waktu. Delegasikan tugas di tempat kerja untuk meluangkan waktu, dan (yang terpenting) isi waktu itu dengan aktivitas yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengandalkan rekan kerja Anda, menyewa asisten virtual, atau menyarankan pekerja magang atau mengerahkan rekan tambahan untuk membantu pekerjaan. Pendelegasian yang efektif memerlukan penyerahan beberapa kontrol bagaimana tepatnya pekerjaan akan dilaksanakan, ini bisa menjadi latihan yang sehat dalam hal komunikasi dan penerimaan.
Mulailah dari langkah kecil. Untuk aktivitas baru Anda di luar pekerjaan, mulailah dari langkah kecil dan cobalah beberapa hobi yang Anda minati. Anda tidak harus berkomitmen untuk jangka panjang; intinya adalah mulai mengeksplorasi hal-hal baru yang mungkin ingin Anda integrasikan ke dalam hidup dan identitas Anda. Misalnya, jika Anda ingin lebih banyak berolahraga, jangan mendaftar untuk marathon—mulailah berjalan ke kantor atau istirahat di gym saat makan siang sekali atau dua kali seminggu. Perubahan kecil seperti ini lebih mudah dilakukan, dan seiring waktu dapat menghasilkan siklus perbaikan dan komitmen yang baik.
Membangun kembali network Anda. Jangkau teman dan keluarga untuk menghidupkan kembali lingkaran sosial Anda. Anda pada akhirnya akan bersenang-senang sambil membangun network pendukung untuk diri Anda sendiri. Bahkan hanya dengan melalui teks, email, atau telepon untuk tetap terhubung dengan orang yang sudah lama tidak Anda ajak bicara dapat membantu memperkuat relasi. Tidak harus banyak, penelitian terbaru tentang persahabatan orang dewasa telah menunjukkan bahwa hanya memiliki tiga sampai lima teman dekat menunjukkan tingkat kepuasan hidup tertinggi.
Tentukan apa hal yang penting bagi Anda. Tetapkan dan tinjau prinsip dan nilai Anda. Apa yang paling penting bagi Anda? Pikirkan tentang apa yang Anda pedulikan dalam hidup, dan biarkan prioritas itu memandu Anda menuju apa yang akan terjadi selanjutnya. Terapis sering menggunakan proses yang disebut “Values Clarification” untuk membantu klien mereka memikirkan apa yang paling penting bagi mereka. Proses ini melibatkan refleksi pada arah yang Anda inginkan di bidang-bidang seperti hubungan, komunitas, karier, dan mengasuh anak, lalu memberikan peringkat mana hal yang penting bagi Anda. Meskipun lembar kerja formal dapat membantu, Anda dapat memulai dengan membuat dan memperbarui daftar yang berlanjut di ponsel sambil memikirkan hal yang paling penting bagi Anda.
Perluas pandangan di luar jabatan Anda. Cobalah untuk membingkai ulang hubungan Anda dengan karier Anda tidak hanya dalam hal perusahaan atau jabatan Anda saja, tetapi dalam hal keterampilan Anda yang dapat digunakan dalam konteks yang berbeda. Misalnya, banyak psikoterapis yang mengalami burnout saat menemui klien menemukan bahwa keterampilan mereka diterjemahkan dengan baik ke manajemen sumber daya manusia atau konseling bimbingan.Meskipun mengidentikkan diri Anda secara dekat dengan karier Anda tidak selalu buruk, hal tersebut akan membuat Anda rentan terhadap krisis identitas yang menyakitkan jika Anda mengalami burnout, terkena PHK, atau pensiun. Individu dalam situasi ini sering menderita kecemasan, depresi, dan putus asa. Dengan mengambil kembali waktu untuk diri sendiri dan memberikan lebih banyak aktivitas dan hubungan Anda, Anda dapat membangun identitas yang lebih seimbang dan kuat sejalan dengan nilai-nilai Anda.
Sumber: HBR (Janna Koretz, 26 Desember 2019)