Tidak dapat dipungkiri bahwa memulai pekerjaan baru dapat menjadi pengalaman yang menarik, namun juga bisa sangat menantang. Menyesuaikan diri dengan budaya perusahaan atau company culture (lebih enak pakai company culture seterusnya) yang baru bisa menjadi kunci kesuksesan awal kita. Namun terkadang, organisasi tidak menjelaskan secara eksplisit company culture kepada karyawan baru, sehingga karyawan baru lebih fokus pada pekerjaan dan bos baru mereka dan mengabaikan pengaruh yang dalam dari company culture tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memahami company culture dan paham lima dimensi yang paling berpengaruh terhadap kemampuan kita untuk menavigasi pekerjaan baru kita. Hal-hal tersebut meliputi hubungan, komunikasi, pengambilan keputusan, perspektif individu versus kelompok, dan agen perubahan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara detail lima dimensi budaya tersebut dan memberikan wawasan yang bermanfaat agar bisa sukses dalam pekerjaan baru kita.
Pertama adalah Relationship atau Hubungan: Cara perusahaan membudayakan hubungan berbeda secara signifikan. Beberapa organisasi menghargai kolaborasi dan memprioritaskan interaksi tatap muka, sementara yang lain lebih menyukai komunikasi digital seperti email, pesan teks, dan video konferensi. Memahami bagaimana rekan kerja kita bekerja dan membangun hubungan dengan mereka adalah kunci kesuksesan kita. Ketika memulai pekerjaan baru, tanyakan pada orang dalam (coba kenal kenal lebih banyak orang dalam sebulan pertama) tentang harapan dalam membangun hubungan. Tentukan apakah perlu menghabiskan waktu membangun kedekatan dengan seseorang sebelum meminta bantuan atau masukan untuk sebuah proyek, atau apakah dapat menghubungi individu tertentu melalui email untuk meminta bantuan.
Komunikasi: Cara orang berkomunikasi satu sama lain adalah aspek kunci dari budaya perusahaan. Saluran formal seperti rapat dan dokumentasi mungkin menjadi norma, atau individu mungkin lebih sering berkomunikasi spontan tanpa dokumentasi. Lingkungan hierarkis mungkin memerlukan persetujuan atas komunikasi ke atas dalam hierarki, sedangkan organisasi yang kurang hierarkis mungkin mendorong komunikasi dengan pemimpin senior. Memahami bagaimana informasi disajikan dan sejauh mana masalah didiskusikan juga penting. Presentasi formal mungkin disukai di beberapa organisasi, sedangkan yang lain lebih memilih pendekatan informal seperti brainstorming secara real-time.
Decision Making atau Pengambilan Keputusan: Bagaimana perusahaan membuat keputusan adalah aspek budaya lain yang kunci. Beberapa perusahaan membuat keputusan secara real-time dalam rapat formal, sementara yang lain memfinalisasikan keputusan secara offline. Memahami bagaimana keputusan dibuat, siapa yang membuatnya, dan bagaimana mereka diimplementasikan adalah krusial. Rapat formal mungkin menjadi norma, tetapi kita mungkin menemukan bahwa keputusan sebenarnya dibuat secara informal. Di beberapa organisasi, keputusan untuk berinvestasi pada produk baru mungkin akhirnya ditentukan oleh dua individu penting, terlepas dari ulasan tim kepemimpinan senior. Dalam hal ini, kita perlu bertemu dengan kedua pemimpin kunci ini jauh sebelum rapat formal dan meyakinkan mereka dengan sudut pandang kita.
Perspektif Individu vs Grup/Kelompok: Beberapa perusahaan memandang pekerjaan sebagai produk individu, sementara yang lain sebagai hasil dari orientasi kolaboratif. Budaya yang sangat individualistik mungkin mendukung “hero mentality” yang mengakui individu yang ambisius, sementara organisasi yang fokus pada kelompok cenderung lebih datar dan lebih fokus pada tujuan dan hasil bersama. Memahami bagaimana individu diakui dan dihargai adalah kunci, dan kita harus mengetahui bagaimana orang membahas pekerjaan mereka dalam rapat. Dalam organisasi yang fokus pada kelompok, jika orang secara umum berbicara tentang pencapaian kelompok, dan kita menggunakan kata “saya” saat presentasi, kita mungkin dianggap tidak seorang pemain tim.
Terakhir adalah, Change Agent atau Agen Perubahan: Orientasi budaya terhadap perubahan juga dapat memiliki dampak besar pada status dan pengaruh kita. Sebagian besar tempat cenderung resisten terhadap orang asing yang ingin mengubah hal-hal. Oleh karena itu, pemimpin berbakat yang datang dari luar sering diinstruksikan untuk “mengguncang” dan menantang status quo. Tantangannya adalah menentukan apa yang dapat kita tantang dan kapan kita harus melakukannya. Pacing dan buy-in juga merupakan faktor penting. Pembela perubahan yang sangat tegas dan cepat mungkin tidak diterima dengan baik di beberapa organisasi, dan keterlibatan, dialog, dan pembangunan konsensus mungkin diperlukan. Kita harus mulai dengan menguji ide-ide kita dengan beberapa orang yang kita sudah bisa percaya dan meminta pendapat mereka tentang bagaimana orang lain mungkin merespons sebelum mengusulkan perubahan besar.
Kesimpulannya, memahami company culture sangat penting untuk kesuksesan kita dalam pekerjaan baru. Perhatikan lima dimensi budaya: hubungan, komunikasi, pengambilan keputusan, perspektif individu versus kelompok, dan agen perubahan. Luangkan waktu untuk mengamati dan bertanya tentang bagaimana rekan kerja kita bekerja dan membangun hubungan dengan mereka. Pahami bagaimana keputusan dibuat dan siapa yang membuatnya, serta bagaimana komunikasi dan kolaborasi dinilai. Kenali bagaimana individu diakui dan dihargai serta apakah budaya diorientasikan pada kesuksesan individu atau kelompok. Akhirnya, sadari orientasi culture terhadap perubahan dan siap untuk terlibat atau berpartisipasi. Dengan memperhatikan aspek culture ini, kita dapat dengan efektif menavigasi pekerjaan baru kita dan memberikan dampak positif.