7 Situasi Rumit di Tempat Kerja dan Cara Mengatasinya

Anda pastinya tahu situasi yang bisa membuat suasana hati berubah, pikiran seolah disetir, dan penuh tekanan saat berinteraksi dengan rekan kerja, atasan, atau klien hingga membuat kalimat yang ingin diucapkan tertahan dalam kemacetan antara pikiran dan mulut. 

Sian Beilock, presiden di Barnard College sekaligus pengarang buku “Choke”, menemukan bahwa kelumpuhan analisa tersebut terjadi ketika otak Anda tiba-tiba dibebani oleh kekhawatiran dan tekanan. Akibatnya, Anda akan kesulitan dalam merespon tantangan mental, psikologis, dan emosional, hingga tidak dapat menangani saat krisis. 

Banyak orang yang mengalami hal ini saat bekerja. Namun, ada beberapa respon yang bisa Anda siapkan ketika momen-momen tersebut datang. Coba gunakan respon itu dan arahkan situasi supaya Anda bisa memegang kendali kembali. 

Situasi #1: Seseorang mengambil ide Anda.

Katie adalah seorang eksekutif senior di perusahaan perhotelan. Dia memiliki pemikiran yang penuh strategi. Dalam suatu perdebatan, dia merekomendasikan supaya para jajaran korporat beralih menggunakan strategi baru. Idenya mengalami penolakan, lalu Dave, kepala bidang IT, menjelaskan kembali ide Katie dengan bahasanya sendiri. Seluruh jajaran korporat pun mendukung ide tersebut. 

Jika hal tersebut yang terjadi maka tidaklah masalah, namun akan jadi masalah ketika Anda sudah berusaha mengusulkan sebuah ide dan ternyata tidak diakui atau ditolak. Beberapa waktu atau hari kemudian, seorang rekan atau manajer menggunakan ide Anda sebagai ide mereka, menjelaskan kembali secara identik, dan dia justru dipuji atas idenya itu. 

Apa yang harus Anda katakan: “Terima kasih telah mendukung ide saya.”

Kenapa cara ini ampuh: Jika diucapkan dengan tenang, hal ini akan:

  • Mencegah Anda diremehkan dengan menunjukkan adanya penyalahgunaan ide Anda
  • Memungkinkan Anda bisa mengklaim kembali ide Anda tanpa mencela orang tersebut
  • Memberikan Anda keunggulan ketika membahas ini dengan manajer
  • Membuka kesempatan untuk pengakuan ide Anda, apalagi jika disampaikan di depan orang lain dengan memberikan detail atau klarifikasi

Katie pun tidak mau kalah. “Terima kasih sudah memperjelas ideku, Dave. Masih ada topik lain yang layak untuk disandingkan dengan topik ini. Aku akan meninjaunya dengan cepat dan kita bisa mempelajarinya lebih detail di rapat berikutnya.” Para peserta rapat pun kembali memfokuskan perhatian mereka pada Katie, dan terus memandangnya sebagai bagian penting saat diskusi tersebut. 

Situasi #2: Anda diminta untuk lembur ketika Anda hendak pulang dari kantor untuk kewajiban pribadi.

Heather adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit besar. Setiap rabu jam 4 sore dia menghadiri rapat administrasi klinik selama 1 jam. Jika Heather meninggalkan rapat pukul 5 sore, dia akan tiba di rumah tepat waktu, dan memungkinkan pengasuh anaknya untuk menghadiri program setelah sekolah anaknya sendiri tepat waktu pula. Untuk itu, tepat jam 5 sore, Heather bersiap untuk pulang. Salah satu administrator bertanya apakah Heather bisa tinggal beberapa menit lagi hingga mereka selesai. Heather ragu-ragu untuk mengatakan kalau dia harus pulang menggantikan pengasuh anaknya, karena dia tahu jika rekan-rekannya akan menilainya sebagai seorang yang tidak profesional. 

Apa yang harus Anda katakan: “Maaf, tapi saya sudah punya janji lain.” 

Menjemput anak Anda dari tempat penitipan anak, memindahkan orang tua ke fasilitas penitipan, atau menghadiri konsultasi operasi dengan teman tersayang adalah saat-saat yang krusial dan wajib dilakukan—terutama ketika seseorang yang Anda sayangi begitu bergantung pada Anda. Namun, tidak peduli seberapa toleran tempat kerja terhadap masalah keluarga, menjelaskan urusan keluarga kepada rekan kerja bisa memicu rasa iri. 

Kenapa cara ini ampuh: Kalimat tersebut bisa mencegah Anda dicela balik, karena perkataan tersebut: 

  • Berupa permintaan yang bersifat rahasia yang disampaikan secara implisit dan penuh respek
  • Memberikan batasan informasi sehingga membuat lawan bicara jadi lebih segan untuk ikut campur
  • Tidak menunjukkan banyak alasan mengapa Anda harus pergi

Sambil membereskan laptop dan tasnya, Heather mengatakan, “Maaf, saya sudah ada janji lain.” Dokter lainnya bertanya, “Kamu mau pergi ke mana? Mau bersenang-senang?” Berjalan ke arah pintu ruangan rapat, Heather meraih botol minumnya sambil mengucapkan kalimat perpisahan, “Saya sudah lama membuat janji ini sebelum rapat dijadwalkan. Saya akan mampir besok untuk mengejar ketertinggalan saya ya.”

Situasi #3: Di situasi yang krusial, rekan kerja yang Anda percayai membentak Anda.

Manuel dan Alvin menjalankan situs website dari rumah mereka. Manuel menulis konten, Alvin mendapat bagian mendesain dan membuat format. Manuel menyadari jika pekerjaan Alvin membutuhkan waktu yang lebih lama. Sebagai bentuk apresiasi, dia sering membelikan Alvin makan siang, terkadang memberinya pengobatan chiropractic untuk masalah punggung kronis, dan terkadang memberinya kejutan dengan membelikannya pakaian baru. Suatu hari, Alvin mengatakan pada Manuel jika dia ingin berpindah karier secara total. Manuel tidak berkata apa-apa. Merasa diabaikan, Alvin mengulangi keinginannya dan berkata, “Kamu tidak mau mengatakan apa-apa tentang hal ini?” Dengan acuh tak acuh, Manuel menjawab, “Tentang apa?” Alvin merasa tidak dihargai oleh Manuel. Terlepas dari tindakan Manuel yang sering memberikan apresiasi, Alvin sering merasa jika Manuel kurang fokus, respek, dan tanggap saat berbicara dengannya dibandingkan saat melayani pembeli yang melakukan pembayaran. Ketika Alvin menyebutkan hal itu, Manuel membentaknya, “Lihatlah, sudah berapa banyak hal yang aku lakukan untukmu!’

Apa yang harus Anda katakan: “Ini bukan tentang apa yang kamu lakukan untukku. Tetapi, apa yang sudah kamu perbuat padaku.”

Apakah Anda tahu bagaimana rasanya ketika teman dekat Anda, seseorang yang selalu melakukan hal yang tepat, ternyata justru merusak hubungan baik Anda? Anda pastinya merasa frustasi, apalagi ketika Anda berusaha menangani masalah tersebut tetapi justru disanggah dengan bantahan dan rasa bersalah. Meskipun respon mereka tepat, tetapi itu bukan berarti mereka harus berlaku kasar.  

Kenapa hal ini ampuh: Ketika kalimat tersebut diucapkan tanpa emosi, maka bisa mengurangi rasa kekesalan karena:

  • Membatasi perdebatan hanya ke inti permasalahan atau kesalahan saja dan tidak mudah terbawa pada perdebatan yang saling menyalahkan
  • Mengatasi terjadinya perdebatan dengan menjelaskan fakta dan sebab akibat
  • Memungkinkan kesempatan untuk membangun perilaku yang saling menguatkan ke depannya

Alvin menghela napas panjang. “Ini bukan tentang apa yang kamu lakukan untukku. Tetapi, apa yang sudah kamu perbuat padaku.” Dia pun mengatakan betapa dia mengapresiasi bagaimana Manuel menghargai pekerjaannya, lalu menjelaskan kurangnya Manuel dalam hal merespon. Manuel pun meminta maaf, menyadari dia merugikan Alvin dengan ketidakpekaannya dan ketidakpeduliannya ketika Alvin berbicara padanya. 

Situasi #4: Saat Anda harus berkata “tidak.”

Sam mengirimkan pesan kepada Julia pada sabtu malam pukul 9, mengenai ide penggunaan waktu tunggu panggilan pada layanan pelanggan yang bisa membuat kemajuan perusahaan. Julia sudah diminta untuk bekerja lebih kooperatif dengan Sam, tapi dia seolah menghindari Sam karena menurutnya, Sam kurang bisa diandalkan. 

Apa yang harus Anda katakan: “Ini adalah ide yang bagus.” 

Berkata ‘tidak’ adalah hal yang sulit, apalagi ketika Anda mencoba menunjukkan bahwa Anda pekerja keras dan pemain di satu tim. Sering kali memang lebih mudah mengatakan ‘ya’ untuk menenangkan orang lain, untuk membenarkan suatu pandangan, atau untuk menyelesaikan tugas dengan cepat. 

Kenapa cara ini ampuh: Berbicara dengan nada yang antusias dan supel, kalimat positif ini akan membantu Anda dalam menolak permintaan, sekaligus melindungi reputasi Anda dengan:

  • Menjadikan ide mereka sebagai kalimat permulaan
  • Memungkinkan Anda untuk menghargai ide tersebut tanpa menunjukkan keterikatan terhadap ide tersebut 
  • Membuat pilihan untuk mengubah permintaan 
  • Melakukan diplomasi bukan penolakan 

Julia membalas pesan Sam, “Ini adalah ide yang bagus! Aku akan mengumpulkan timku untuk menyiapkan data dan menghubungimu bagaimana kita bisa menggunakan ide tersebut.”

Situasi #5: Anda harus memberikan feedback yang buruk kepada rekan kerja yang dekat dengan Anda.

Tony adalah staf pembelian di pabrik cokelat. Selama dua tahun, Jay telah menjadi manajer sekaligus temannya. Akhir-akhir ini, banyak karyawan lain yang meminta Jay untuk memberi tahu Tony bahwa dia memiliki halitosis (bau mulut). Hal ini menjadi situasi yang tak tertahankan bagi banyak orang, bahkan merugikan vendor.

Apa yang harus Anda katakan: “Aku di sini ingin mengatakan sesuatu sebagaimana aku menasihati diriku sendiri.” 

Ketika Anda akan memberikan saran yang sensitif, tidak peduli sejauh mana Anda mencoba memposisikan diri sebagai seorang penasihat, orang-orang akan cenderung lebih defensif. Hal ini membuat Anda mempertanyakan apakah memberikan feedback benar-benar perlu untuk dilakukan. 

Kenapa cara ini ampuh: Mengatakan kalimat tersebut secara tenang dan jujur, bisa membantu menyelamatkan karier seseorang, mengubah hidup seseorang, dan mencegah kehancuran hidup seseorang dengan:

  • Memberikan waktu bagi orang tersebut untuk menghargai dirinya 
  • Memulai dengan menceritakan masalah pribadi Anda saat mendapatkan feedback yang buruk dan bagaimana Anda menerimanya dan mendengar kritikan tersebut
  • Memudahkan Anda menjalin kedekatan dengan orang lain dengan menceritakan masalah yang Anda alami
  • Mengubah persepsi mereka saat mendengar saran tersebut bukan sebagai hinaan tetapi sebagai bentuk dorongan dan perhatian

Jay mendekat ke meja kerja Tony dan memberitahunya kalau ada sesuatu yang ingin disampaikan. “Tony, aku di sini ingin mengatakan sesuatu sebagaimana aku menasihati diriku sendiri. Kamu mungkin menyadari kalau aku sering menjaga jarak saat kita bicara. Pada beberapa kesempatan, Aku dan kawan lainnya sering mengalami jika napasmu terkadang tidak dalam kondisi yang bagus. Mungkin saja itu karena dehidrasi, tapi aku juga merasa kalau itu bisa mengindikasikan masalah yang perlu kamu diskusikan dengan dokter gigi kamu.” Dia mengulurkan sekotak permen mints untuk pernapasan. Tony, meskipun merasa sedikit malu, tersenyum dan berterima kasih kepadanya. Jay menjabat tangan Tony dan pergi kembali ke mejanya. 

Situasi #6: Anda perlu mencegah keputusan yang Anda yakini salah. 

Mae-Li adalah seorang rekan dan ketua tim penting dalam penelitian di perusahaan farmasi. Timnya adalah satu-satunya kelompok di perusahaan yang hampir seluruhnya terdiri dari orang Tionghoa dan mayoritas perempuan. Ketika kantornya melakukan desain ulang, beberapa manajer terbaik dipilih untuk menentukan tim mana yang akan dipindahkan ke bagian bawah tanah. Tanpa menanyakan pendapatnya, tim Mae-Li dipilih dan dipindahkan ke ruang bawah tanah. Dia pun merasa diremehkan. 

Apa yang harus Anda katakan: “Ini adalah pilihan saya.”

Terkadang, ketika ada sesuatu masalah yang menganggu Anda, menangani masalah tersebut bisa membuat Anda merasa gelisah dan resah. Tapi, saat Anda menghabiskan waktu menganalisa dan memberikan pembelaan dari sudut pandang Anda, itu juga bisa memperumit masalah. 

Kenapa cara ini ampuh: Hal ini akan membantu Anda mengarahkan percakapan sesuai dengan keinginan Anda, sambil tetap mengutarakan keterbukaan terhadap pilihan lain dengan cara:

  • Mengomunikasikan dengan jelas kepentingan dan apa yang Anda inginkan 
  • Memberikan penjelasan logis ketimbang menuntut 
  • Menunjukkan jika Anda ingin terlibat untuk diskusi masalah yang sensitif 
  • Memberi tahu orang lain bahwa keputusan itu penting bagi Anda dan Anda akan terus memantau bagaimana perkembangannya

Mae-Li mendatangi ruangan manajernya. Dia menjelaskan bahwa dia tidak diberitahu oleh bagian yang mengurus pemindahan sebelum akhirnya dia diarahkan untuk pindah, oleh karena itu dia ingin menjelaskan pendapatnya, berharap jika manajernya akan menyampaikannya ke bagian tersebut. “Saya tahu jika beberapa tim diharuskan untuk pindah, tetapi saya tidak tahu pasti kenapa tim saya yang dipilih pindah ke ruang bawah tanah. Saya ingin tim saya tetap ada di lantai ini. Ini adalah pilihan saya.” Manajernya memahami keinginan Mae-Li dan dia bilang kalau dia akan membela dia dan timnya. 

Situasi #7: Anda perlu untuk menekankan permasalahan yang serius. 

Eva adalah seorang insinyur di Silicon Valley. Saat dia pergi ke acara industri yang diadakan di New York, dia kembali ke hotelnya dan melihat manajernya ada di lobi hotel. Manajernya berkata jika dia pergi ke sana untuk menghabiskan waktu dengannya karena dia memiliki perasaan yang mendalam kepadanya. Ketika Eva melaporkan hal ini ke Abe yang bekerja di bagian departemen HR, Abe menjelaskan jika manajernya adalah karyawan terbaik di perusahaan, dan dia juga sudah bekerja selama beberapa tahun tanpa insiden apapun, oleh karenanya Abe mengatakan bisa saja Eva salah paham dengan apa yang dia katakan. 

Apa yang harus Anda katakan: “Responmu membuatku ingin memproses masalah ini lebih lanjut.” 

Ketika berkaitan dengan masalah pelecehan seksual, beberapa manajer dan departemen HR masih tidak konsisten dalam menangani masalah ini. Ini pasti akan membuat Anda khawatir karena diperlakukan tidak baik, kehilangan kesempatan untuk promosi jabatan, dan bahkan kehilangan pekerjaan. 

Kenapa cara ini ampuh: Menyampaikan pernyataan serius tersebut dengan nada tenang dan tanpa basa-basi, bisa memberikan peringatan kepada pelaku dan manajer bahwa Anda tidak akan menyerah begitu saja terhadap terjadinya pelanggaran, dan Anda akan mencari cara untuk mengambil tindakan lebih lanjut, dengan:

  • Menjelaskan bahwa masalah tidak akan hilang begitu saja, entah itu mereka memilih untuk menangani situasi itu sendiri atau menjelaskannya kepada orang lain nantinya
  • Bersikap transparan tentang rencana Anda meneruskan isu ini
  • Menunjukkan jika Anda mengharapkan pelaku menerima konsekuensi akibat perbuatan buruknya, dan Anda sendiri tidak akan mendapat konsekuensi karena melaporkannya
  • Menguatkan diri Anda di situasi sekarang, daripada menjatuhkan semangat di masa mendatang

Eva tidak gentar dengan tanggapan Abe. Dia menulis setiap perkataan Abe di buku catatannya dan berkata, “Aku telah menceritakan masalah ini padamu. Responmu membuatku ingin memprosesnya lebih lanjut.” Abe mengangkat alisnya dan bertanya, “Apa kamu yakin ini layak untuk diperdebatkan dengan manajermu?” Eva sekali lagi menulis respon Abe di buku catatannya. Dia menjawab, “Ya, aku yakin,” dan mengulanginya, “Responmu membuatku ingin untuk memprosesnya lebih lanjut.” Dia berterima kasih pada Abe, meninggalkan ruangan, dan menuliskan email ke eksekutif lainnya di perusahaan, dengan maksud meminta pertanggungjawaban.

Sumber: Harvard Business Review (Alicia Bassuk, 11 October 2017)

Share your love
Facebook
Twitter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *