Alasan Mengapa Anda Harus Membangun ‘Portofolio Karier’ (Bukan ‘Jenjang Karier’)

Setiap empat tahun, saya merasakan ada yang berubah dalam diri saya. Saya menjadi gelisah dan ingin mempelajari sesuatu yang baru atau mencoba mengaplikasikan kemampuan dengan cara yang baru. Rasanya sama susahnya ketika saya harus melepas profesi yang sudah saya bangun dan memulai kembali dari awal.

Di saat usia 20-an, saya mendapat banyak kritikan mengenai hal ini. Ketika saya memutuskan untuk menjadi pemandu perjalanan mendaki dibandingkan bergabung dengan sebuah perusahaan konsultan, teman-teman saya berkata jika itu tidak akan cocok dengan resume saya. Lalu, ketika saya menunda pendidikan pascasarjana saya untuk berkelana ke India, mentor-mentor saya pun mempertanyakan keseriusan saya dan mengatakan jika masa depan karier profesional saya bisa hancur. 

Saya merasa seolah ada yang salah dengan diri saya karena ketertarikan saya pada banyak hal, sementara teman-teman saya lebih berfokus untuk menaiki tangga karier di perusahaan. Bukan berarti saya tidak disiplin atau enggan bekerja keras, hanya saja ada banyak hal yang perlu untuk dipelajari dan dilakukan. Berfokus hanya pada satu tujuan rasanya seperti sebuah kesalahan. 

Di masa sekarang, dunia telah mengalami perubahan yang luar biasa. Memperluas fokus karier dan identitas profesional tidak lagi dianggap aneh. Justru sangat dibanggakan. Dorongan pertumbuhan ekonomi makro membuat dunia kerja di masa mendatang membutuhkan individu yang independen dan mudah beradaptasi. Apalagi di tengah adanya potensi untuk mengotomatisasi pekerjaan secara massal, terjadinya Great Resignation, dan jumlah hybrid office (kantor yang memadukan work from home dan work from office) yang terus bertambah, pada akhirnya membuat kita harus memikirkan ulang seperti apa jenjang karier yang sukses sebenarnya.  

Sampai pada titik ini, nampaknya kita masih kekurangan istilah yang digunakan untuk menyebut rancangan karier yang berbeda dari pemahaman tradisional pada umumnya. Tetapi, sebenarnya ada sebuah kosakata baru yang digunakan untuk mengubah istilah ‘meraih jenjang karier’ menjadi ‘menciptakan portofolio karier’. Istilah ini diciptakan oleh filsuf dan ahli perilaku keorganisasian, Charles Handy, di tahun 1990-an, dan akhirnya mulai banyak digunakan di masa kini. 

Apa itu portofolio karier?

Kata portofolio berasal dari bahasa Italia ‘portare’ (membawa) dan ‘folio’ (lembar kertas). Kebanyakan orang berpikir jika istilah portofolio merujuk pada istilah keuangan, bisnis, dan kesenian. Contohnya: 

  • Para investor membangun portofolio investasi untuk mendiversifikasi kepemilikan mereka dan mengurangi risiko. 
  • Penasihat keuangan merekomendasikan sebuah portofolio yang mencakup ekuitas, obligasi, dan uang tunai. 
  • Para eksekutif sering menggunakan teori portofolio (dipelopori oleh BCG matrix di tahun 1970-an) untuk menganalisa unit bisnis, strategi, dan tinjauan masa depan bisnis mereka. Tujuan dari portofolio mereka adalah untuk mengelola risiko dan laju pengembalian di masa mendatang. 
  • Manajer kantor dan pimpinan HR menggunakan portofolio supaya tetap terorganisir. 
  • Para seniman membuka akses portofolio mereka untuk menunjukkan hasil karya mereka yang mereka banggakan—selayaknya kanvas kehidupan mereka. 

Portofolio karier pada dasarnya berbeda yang mana tidak berupa entitas fisik atau sistem. Melainkan berupa cara baru untuk berpikir, membicarakan, dan—yang terpenting—mengkreasikan masa depan karier Anda untuk mengendalikan dunia kerja yang terus berubah dengan penuh tujuan, transparan, dan fleksibilitas. 

Jika jenjang karier lebih cenderung untuk meraih satu tujuan (menaiki tangga yang hanya satu arah dan fokus pada satu tujuan kedepan), portofolio karier justru merupakan sebuah sumber penemuan dan pemenuhan tanpa batas. Portofolio karier mewakili perjalanan karier profesional Anda yang luas dan beragam, yang dibuat berdasarkan pilihan maupun karena pengaruh lingkungan. 

Portofolio saya, contohnya, meliputi penulis, pembicara, futuris, penasihat, pengacara, pemandu pendakian gunung, eksekutif pengembangan global, investor, dan praktisioner yoga. Tiap identitas profesional tersebut tentu membutuhkan waktu untuk berkembang. Beberapa diantaranya berupa pekerjaan tradisional, sedangkan yang lain berupa pekerjaan mandiri, pro bono, dan investasi ekuitas keringat. Banyak profesi yang telah saya tekuni bersamaan, bahkan lebih lama dari masa kerja empat tahun saya yang biasanya, meskipun begitu, keinginan saya untuk menambah profesi lain ke dalam daftar tersebut tidak berhenti sedikit pun. 

Terlebih lagi bagi Anda yang baru memulai karier, penting untuk diketahui jika Anda tidak harus ‘memahami’ semuanya. Hal itu bukanlah kewajiban dan lebih baik memang tidak Anda lakukan. Itu akan menjadi keunikan dari portofolio, apalagi portofolio pada dasarnya tidak berfokus pada satu tujuan akhir saja. Melainkan Anda diberikan kebebasan untuk mencoba berbagai hal berbeda dan menemukan jalan terbaik Anda. 

Kemampuan untuk mengendalikan ambiguitas dan ‘ketidaktahuan’ merupakan kompetensi yang berharga. Memilah portofolio karier pada dasarnya lebih penting dibandingkan sekadar pengembangan profesional dan ini bisa jadi cara terbaik untuk mendesain hidup Anda. 

Bagaimana saya membangun portofolio karier? 

Hal pertama yang harus Anda ingat adalah: Anda sebenarnya sudah memilikinya—meski Anda belum menyadari hal tersebut, dan bahkan itu bisa berupa pekerjaan yang Anda lakukan tanpa dibayar. Cara pertama untuk mengetahui hal tersebut tentu dengan mengidentifikasinya. 

Meski portofolio Anda bisa meliputi pekerjaan tradisional yang dibayar, tetapi jangan batasi dengan hal itu saja. Pikirkan lebih luas lagi. Portofolio dibuat oleh Anda, bukan malah ditentukan oleh orang lain (seperti halnya yang dilakukan oleh manajer rekruitmen). Portofolio karier menunjukkan identitas profesional dan potensi yang Anda miliki. Bisa saja meliputi perpaduan kemampuan, pengalaman, dan bakat yang bisa dipadukan dengan cara yang berbeda. 

Jika Anda pernah membantu saudara, atau memimpin tim game online, atau melakukan kegiatan komunitas—cobalah memasukkannya ke portofolio Anda. Masukkan pekerjaan atau aktivitas apapun yang memiliki value atau nilai dan memberikan pelayanan pada orang lain. Misalnya, bekerja freelance, menjadi volunteer (sukarelawan), pelayanan masyarakat, pekerjaan sampingan, projek-projek yang sesuai dengan passion, hobi, pertukaran, parenting (pengasuhan anak), membantu keluarga dan teman-teman, dan lainnya.  

Portofolio Anda juga harus meliputi pengalaman dan kemampuan yang biasanya tidak dicantumkan dalam resume, namun masih bisa menunjukkan diri Anda yang sebenarnya. Misalkan, saya sebagai seorang yatim piatu, globetrotter, pelatih hand-stander, dan penasihat kesehatan mental, semua hal itu masuk dalam bagian esensial di portofolio saya. Hal-hal tersebut mendukung pekerjaan yang saya kerjakan. 

Bagaimana Anda menggali dan menemukan portofolio bergantung pada preferensi pribadi. Lebih disarankan untuk membuat daftar singkat saat memulai. Namun, dikarenakan nilai dari sebuah portofolio adalah dari segi keragamannya, setidaknya Anda harus membuat hal yang akan dicantumkan di portofolio tersebut masih berhubungan. 

Saya pribadi menyusun portofolio saya seperti jaringan yang terdiri dari poin-poin berbeda. Di saat saya ingin menambahkan kemampuan baru, profesi, atau pengalaman, saya mulai menambahkan poin baru tersebut ke portofolio. Beberapa kali dalam setahun, saya mencoba melihat kembali dan memastikan jika semua poin-poin dalam portofolio saya masih selaras dengan perjalanan profesional dan kehidupan saya. 

Apa saja manfaat dari portofolio karier?

Sederhananya, sebuah portofolio karier bisa membantu Anda untuk memiliki karier Anda. Tidak seperti kebanyakan pekerjaan yang diberikan orang lain kepada Anda (dan ditentukan bidang mana yang tepat untuk Anda), portofolio tidak bisa dengan mudahnya diambil dari diri Anda. Selamanya itu akan jadi milik Anda. 

Portofolio karier juga memberikan keunikan pada identitas profesional yang bisa membuat Anda berkembang (dan tidak sampai membuat frustasi saat kehilangan pekerjaan, berpindah jalur karier, atau bahkan saat Anda memulai segalanya dari awal). Pada dasarnya, portofolio karier akan terus berkaitan dengan pembelajaran seumur hidup dan bisa membantu Anda untuk melebarkan komunitas profesional dan peluang kepemimpinan. Pertimbangkanlah portofolio sebagai cara atau strategi Anda supaya tidak terdampak pada otomatisasi.  

Seiring berjalannya waktu, nilai atau kualitas portofolio Anda akan meningkat bersamaan dengan kemampuan Anda yang beragam, sehingga Anda bisa mengombinasikan dan menyatukan kemampuan dari pengalaman yang berbeda untuk mendapatkan wawasan baru, mengatasi masalah baru, mendapatkan pemasukan dari banyak sumber, dan melayani dengan cara yang baru. 

Di dunia yang penuh ketidakpastian, bakat yang bisa dikembangkan di luar batas akan dicari oleh banyak orang. Oleh karenanya, siapapun yang bisa membangun portofolio karier sekarang akan jauh lebih siap menawarkan diri mereka atau bahkan membuat peluang baru, mengingat mereka akan lebih terlatih untuk menghubungkan secara kreatif berbagai keterampilan yang dimiliki dan keterampilan yang dibutuhkan oleh pekerjaan yang ingin dicapai.

Bagaimana cara saya dalam menggunakan portofolio untuk mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan?

Kunci terpenting dalam pembuatan portofolio adalah membantu Anda untuk proaktif, belajar, dan berkontribusi dengan cara yang berbeda dari jenjang karier tradisional umumnya. Saya menyebutnya sebagai narasi portofolio.  

Para pemilik perusahaan cenderung mencari pekerja yang memiliki latar belakang yang tidak biasa, tapi mereka juga butuh penjelasan. Nah, disinilah narasi portofolio Anda akan berguna—narasi ini berupa cerita yang menghubungkan antara kualifikasi yang dibutuhkan dengan kemampuan yang Anda kembangkan lewat pengalaman Anda. 

Contohnya, ketika saya menjadi pemandu para pendaki dan pesepeda, beberapa orang memandang remeh pekerjaan saya itu (bahkan ada yang menganggapnya ‘main-main’). Mereka tidak mengetahui jika pekerjaan saya sebagai pemandu tidak hanya tentang bekerja 18 jam sehari—mulai dari bangun hingga kembali tidur—tapi setiap harinya saya belajar bagaimana cara mengelola projek, mengakomodasi berbagai perbedaan, menyeimbangkan budget, membangun tim, memastikan keselamatan, menjalin persahabatan seumur hidup, dan mendapatkan kebahagiaan. Saya mungkin tidak mendapatkan sebutan keren atau mendapatkan banyak uang, tetapi saya mendapatkan gelar MBA mini yang bisa membantu kehidupan saya. 

Sering kali, saya harus menjelaskan hal-hal tersebut dan dengan menjelaskannya, tak hanya mampu membantu saya menuliskan portofolio. Namun, juga membantu saya untuk lebih menonjol di antara kandidat lainnya. 

Menuliskan narasi portofolio membutuhkan pemahaman mengenai bagaimana hal-hal yang berbeda dalam portofolio Anda bisa berkaitan satu sama lain. Bagaimana kombinasi keterampilan Anda bisa menunjukkan kelebihan Anda? Saya suka menggunakan rumus “1 + 1 = 11”: Kombinasi setiap keterampilan yang Anda miliki sangat berharga dibandingkan jika setiap kemampuan itu berdiri sendiri. Saat Anda menjawab pertanyaan wawancara, cobalah untuk membagikan cerita tentang bagaimana Anda menerapkan keterampilan yang Anda pelajari dalam kondisi berbeda untuk memecahkan satu masalah spesifik tertentu. 

Masa depan dunia pekerjaan penuh dengan ketidakpastian. Sulit untuk mengetahui apa yang harus dilakukan atau percaya jika segala sesuatunya akan berhasil. Terlepas dari semua hal yang tidak dapat Anda kendalikan di dunia saat ini, memiliki  kepemilikan atas portofolio Anda adalah salah satu yang bisa Anda lakukan. Anda bisa memulainya hari ini. Masa depan Anda akan berterima kasih.

sumber: Harvard Business Review (April Rinne, 13 Oktober 2021)

Share your love
Facebook
Twitter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *