4 Cara Meningkatkan Keterampilan Berpikir Strategis Anda

Apabila Anda pernah menerima feedback jika Anda “harus lebih strategis,” Anda pasti tahu betapa frustasinya itu. Semakin memperburuk keadaan, feedback seperti itu jarang dibarengi dengan panduan konkret tentang apa yang harus dilakukan. Salah satu klien coaching saya, Lisa, wakil presiden di bidang HR, berada dalam situasi ini dan menjelaskan, “Saya hanya diminta untuk memikirkan gambaran yang lebih besar dan menjadi lebih strategis. Rasanya seperti saya telah diberi definisi sebuah kata dengan menggunakan kata yang sama. Tidaklah membantu.”

Jadi, langkah spesifik apa yang dapat Anda ambil untuk menjadi lebih strategis dalam jabatan Anda saat ini?

Mulailah dengan mengubah mindset Anda. Jika Anda percaya bahwa pemikiran strategis hanya untuk eksekutif senior, pikirkan lagi. Pemikiran itu bisa, dan harus, terjadi di setiap tingkatan di perusahaan; hal itu adalah salah satu bagian tidak tertulis dari semua deskripsi pekerjaan. Abaikan fakta ini dan Anda berisiko dilewatkan dari promosi jabatan, atau anggaran Anda dipotong karena kontribusi strategis departemen Anda tidak jelas.

Saat Anda menerima bahwa itu adalah bagian dari pekerjaan Anda, fokuslah pada pengembangan empat kemampuan utama yang menunjukkan kecakapan strategis Anda.

Ketahui: Amati dan Cari Tren

Lisa tidak melihat gambaran besarnya. Karena banyaknya pekerjaan yang dia miliki dan kecepatan yang dia butuhkan untuk menyelesaikannya, dia sering mengambil metode “menunduk” (menghindari masalah di situasi sulit dengan tetap diam) dalam pekerjaannya dan gagal untuk “mengangkat” dan mengamati tren internal dan eksternal. Dia kehilangan informasi penting yang dapat membantunya fokus, memprioritaskan, dan proaktif dalam menangani masalah talent untuk perusahaannya yang berkembang pesat. Karena Lisa mendekati pekerjaannya dengan cara transaksional, hanya mendapatkan karyawan berikutnya, dia tidak menyadari bahwa dia membutuhkan pendekatan yang sangat baru untuk perekrutan dan retensi.

Untuk menjadi strategis, Anda memerlukan pemahaman yang kuat tentang konteks industri, tren, dan penggerak bisnis. Apresiasi intelektual mengenai pentingnya membawa data terkini dan mencari tren tidaklah cukup. Anda juga harus:

  • Menjadikannya sebagai latihan rutin untuk mengeksplorasi dan mensintesis tren internal dalam pekerjaan Anda sehari-hari. Misalnya, perhatikan masalah yang muncul berulang kali di perusahaan Anda dan gabungkan hambatan umum yang dihadapi rekan kerja Anda.
  • Bersikap proaktif dalam berhubungan dengan rekan kerja baik di perusahaan Anda maupun di industri Anda untuk memahami pengamatan mereka terhadap pasar. Kemudian, bagikan temuan Anda ke seluruh network Anda.
  • Pahami informasi dan perspektif unik yang diberikan oleh tanggung jawab Anda dan tentukan dampaknya terhadap strategi dalam tingkat perusahaan.

Pikirkan: Ajukan Pertanyaan Sulit

Dengan pemahaman baru tentang tren dan masalah, Anda dapat berlatih menggunakan pemikiran strategis dengan bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana cara memperluas apa yang saya ketahui?” Pertanyaan adalah bahasa strategi. Lisa mulai menyadari bahwa kehidupan dan pengalamannya sebelumnya memberinya pandangan strategis yang unik, namun pandangannya rabun. Jadi dia mendorong dirinya untuk meningkatkan keterampilan pengambilan perspektif dan penyelidikannya. Dengan menjadi lebih ingin tahu, dan melihat informasi dari sudut pandang yang berbeda, dia mampu mengurangi rabunnya dan melihat kemungkinan yang berbeda, pendekatan yang berbeda, dan potensi hasil yang berbeda.

Misalnya, ketika mengerjakan proyek retensi karyawan, dia bertanya pada dirinya sendiri, “Seperti apa kesuksesan di tahun pertama?” “Seperti apa di tahun ketiga?” “Apa yang bisa memengaruhi hasil secara negatif?” “Apa tanda-tanda awal keberhasilan/kegagalan?” “Apa yang perlu dipahami mitra bisnis untuk memastikan keberhasilannya?” dan “Apakah hasil yang mendukung tujuan perusahaan yang lebih luas?” Dengan mengajukan pertanyaan sulit ini terlebih dahulu, dia menyadari bahwa dia dapat terlibat lebih baik dengan kolega dan eksekutif senior sejak dini dengan cara yang akan menguntungkan proyek—dan akan membantu membentuk persepsi bahwa dia bijaksana dan strategis.

Bicara: Terdengar Strategis

Pemikir strategis juga tahu bagaimana berbicara secara strategis. Mereka memprioritaskan dan mengurutkan pikiran mereka. Mereka menyusun komunikasi verbal dan tertulis mereka dengan cara yang membantu audiens mereka fokus pada pesan inti mereka. Mereka menantang status quo dan membuat orang berbicara tentang asumsi yang mendasarinya. Mereka yang benar-benar terampil memandu orang melalui proses identifikasi masalah, akan membentuk pemahaman bersama, dan membingkai pilihan strategis.

Jika ini terdengar rumit, itu karena memang demikian. Tetapi ada beberapa cara Anda dapat mulai mengasah keterampilan ini:

  • Tambahkan lebih banyak struktur dalam komunikasi tertulis dan verbal Anda. Kelompokkan dan urutkan secara logis poin-poin utama Anda, dan buatlah hal-hal sesingkat mungkin.
  • Utamakan audiens Anda dengan memberi mereka informasi awal tentang topik menyeluruh yang ingin Anda bahas sehingga mereka siap untuk terlibat dalam percakapan tingkat yang lebih tinggi, bukan hanya detail taktis. 
  • Berlatihlah memberikan jawaban terlebih dahulu, alih-alih membangun poin utama Anda.

Lisa tidak menyadari bahwa cara dia berbicara menciptakan persepsi bahwa dia tidak strategis. Dia mulai mengubah itu. Pertama dengan memfokuskan satu demi satu pada diskusi tingkat yang lebih tinggi dengan CHRO-nya dan mengalihkan permasalahan taktis ke email. Dia memilih satu atau dua area strategis untuk difokuskan dan memastikan untuk membingkai masalah dalam konteks prioritas utama CHRO dan CEO. 

Tindakan: Luangkan Waktu untuk Berpikir dan Merangkul Konflik

Di fase awal kerja sama kami, Lisa memiliki jadwal yang padat, lari dari satu meeting ke meeting yang lain. Dia merasa sulit untuk berkontribusi secara strategis tanpa waktu untuk merenungkan masalah dan merenungkan pilihan. Menyadari bahwa dia tidak membawa value dirinya secara penuh ke dalam meeting, dia mulai mengevaluasi tugas-tugasnya berdasarkan urgensi dan kepentingan sebagaimana diuraikan dalam matriks 2 x 2 Stephen Covey. Dia berhenti pergi ke meeting yang tidak perlu dia hadiri. Dia memblokir waktu berpikir di kalendernya dan menghargai waktu itu, seperti yang dia lakukan untuk meeting lainnya. Dan dia melawan rasa bersalah awal dari “Apakah saya melakukan pekerjaan yang nyata ketika saya hanya duduk di meja dan berpikir?”

Lisa juga melatih keterampilan utama lainnya. Dia belajar menerima debat dan mengundang tantangan tanpa memaknainya secara personal, sehingga dia bisa mengajukan pertanyaan sulit. Untuk melakukan ini, dia fokus pada masalah, bukan orang, dan menggunakan rekan-rekan yang netral untuk menantang pemikirannya. Untuk mengatur ambiguitas yang tak terhindarkan yang muncul ketika Anda mengajukan lebih banyak pertanyaan, Lisa juga belajar untuk mengklarifikasi kriteria pengambilan keputusannya, memungkinkannya untuk bertindak lebih baik dalam menghadapi informasi yang tidak sempurna.

Pencarian untuk membangun keterampilan strategis Anda bisa jadi tidak nyaman. Pada awalnya, Anda mungkin merasa seperti sedang menendang pasir di lautan. Penglihatan Anda akan kabur saat Anda mengatasi perasaan gelisah yang datang dengan menantang asumsi Anda sendiri dan mendapatkan kenyamanan dengan konflik dan rasa ingin tahu. Namun, setelah debu mereda, dan Anda dapat berkontribusi pada tingkat yang lebih tinggi, Anda akan senang mengambil risiko.

Sumber: HBR (Nina A. Bowman, 27 Desember 2016)

Share your love
Facebook
Twitter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *