5 Kesalahan yang dilakukan Perusahaan Mengenai Growth Mindset

Seperti konsep psikologis lainnya yang sedang booming popularitasnya, growth mindset—sebuah keyakinan ganda bahwa keterampilan dan kemampuan dapat ditingkatkan, dan bahwa mengembangkan keterampilan dan kemampuan Anda adalah tujuan dari pekerjaan yang Anda lakukan—bisa saja disalahartikan.

Berharap untuk mempelajari bagaimana perusahaan menerapkan growth mindset untuk digunakan dalam lingkungan kerja yang berubah dengan cepat, NeuroLeadership Institute telah menghabiskan dua bulan terakhir untuk mewawancarai praktisi bidang HR di lebih dari 20 perusahaan besar di seluruh dunia. Tujuan kami adalah untuk mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan para leader ketika mereka menerapkan growth mindset di lingkungan perusahaan mereka. 

Analisis awal telah mengungkapkan bahwa beberapa perusahaan top di dunia telah menerapkan konsep growth mindset ke dalam proses kerja dan bakat mereka selama bertahun-tahun. Mereka yang berpegang erat pada ilmu growth mindset sedang menjalinnya ke dalam pengalaman karyawan di seluruh orientasi hingga akuisisi bakat dan perencanaan suksesi, hingga pengembangan leadership dan pengembangan karier.

Namun, tim peneliti kami juga mengidentifikasi tren yang mengejutkan: Dalam perusahaan yang tidak menghabiskan cukup waktu untuk mempelajari pengetahuan mengenai growth mindset, para leader dan karyawan menyalahgunakan dan salah memahami konsep tersebut. Kami menyebut kesalahpahaman ini sebagai “mitos dari growth mindset.”

Berikut adalah beberapa mitos tersebut:

Mitos #1: Growth mindset berarti berusaha untuk pertumbuhan bisnis. Temuan kami yang paling umum adalah bahwa beberapa leader percaya bahwa growth mindset berarti menyasar keuntungan. Pada kenyataannya, growth mindset adalah keyakinan terus-menerus bahwa kemajuan itu mungkin dan bahwa kegagalan adalah kesempatan untuk belajar. Hal ini jauh lebih besar daripada tujuan meningkatkan pendapatan.

Mitos #2: Bisnis, dibandingkan manusia, dapat memiliki growth mindset. Growth mindset adalah kerangka berpikir yang ada di dalam otak seseorang. Karena bisnis tidak dapat “berpikir” tentang kinerja dan potensi mereka sendiri, mereka tidak dapat menerapkan growth mindset mereka sendiri. Leaders dalam perusahaan tentu dapat membantu orang menerapkan growth mindset dengan mengembangkan budaya seputar kebiasaan dan praktik tertentu, tetapi entitas abstrak yang tidak memiliki pikiran (seperti bisnis atau brand) tidak dapat memiliki growth mindset. Tetapi individu dapat memilikinya secara pribadi, dan perusahaan juga—dalam arti bahwa semua orang yang terlibat memilikinya.

Mitos #3: Growth atau pertumbuhan itu tidak terbatas—atau artinya semua orang bisa tumbuh. Kita sering mendengar bahwa growth mindset disebut sebagai “Siapa saja bisa melakukan apa saja, selama mereka mau melakukannya.” Faktanya, perasaan tidak terbatas ini dapat mengalihkan karyawan dalam meraih hal sesuai dengan tujuan mereka direkrut, atau dari apa yang paling mereka kuasai. Akibatnya sering terjadi demotivasi dan kebingungan.

Mitos #4: Growth mindset adalah sesuatu yang berpasangan (biner). Beberapa orang secara keliru percaya bahwa growth mindset adalah sesuatu yang Anda miliki, atau tidak. Pada kenyataannya, orang tidak terbatas pada satu mindset atau yang lain. Orang dapat memiliki mindset tetap tentang kemampuan memasak mereka, tetapi growth mindset tentang keterampilan berbicara di depan umum. Banyak arena memang berkorelasi satu sama lain, tetapi masing-masing hidup dalam spektrumnya sendiri. Dan meskipun mungkin untuk melihat pemikiran fixed mindset Anda sendiri dan membingkai ulang menjadi orientasi pertumbuhan, Anda tidak dapat berharap untuk mengubah mindset dan kebiasaan kronis dalam sekejap. 

Mitos #5: Growth mindset berarti memiliki sikap positif dan dapat melakukan apa pun yang terjadi. Kami sering mendengar bahwa para leader menggunakan growth mindset untuk menghukum karyawan yang mengatakan bahwa mereka memiliki terlalu banyak tugas. Ini kontra-produktif. Growth mindset harus selalu mempertimbangkan kapasitas kognitif orang. Tidak ada yang memiliki sumber daya yang tak terbatas.

Ketika orang benar-benar memiliki pekerjaan terlalu banyak, menyerang mindset mereka adalah suatu kontra-produktif. Karena masalahnya bukan pada sikap mereka—mereka tidak dapat membelokkan hukum ruang dan waktu.

Apa makna sebenarnya dari growth mindset

Studi industri kami yang sedang berlangsung dan penelitian lebih lanjut tentang sifat pekerjaan dan gaya leadership menunjukkan bahwa growth mindset hanya lebih relevan untuk perusahaan. Namun, kami juga menemukan bahwa banyak perusahaan masih memiliki jalan panjang jika mereka ingin menumbuhkan growth mindset di antara karyawan mereka.

Langkah pertama adalah memperjelas bagaimana kita mendefinisikan hal-hal ini. Sekali lagi, kami mendefinisikan growth mindset sebagai keyakinan bahwa keterampilan dan kemampuan dapat ditingkatkan, dan bahwa mengembangkan keterampilan dan kemampuan Anda adalah tujuan dari pekerjaan yang Anda lakukan. Budaya yang menumbuhkan growth mindset, kemudian, adalah budaya di mana semua karyawan dipandang memiliki potensi, didorong untuk berkembang, dan diakui serta dihargai untuk jadi lebih baik. 

Dalam jangka pendek, para leaders harus mempertimbangkan apakah pendekatan mereka saat ini benar-benar membantu orang melihat potensi mereka sendiri secara teratur, dan apakah anggota tim melihat kegagalan sebagai ancaman atau peluang. Mengukur faktor-faktor ini—dimulai dengan percakapan sehari-hari—dapat membantu membimbing para leader menumbuhkan growth mindset yang murni.

Sumber: HBR (Heidi Grant, Mary Slaughter, dan Andrea Derler, 23 Juli 2018)

Share your love
Facebook
Twitter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *