Untuk Memenangkan Audiens, Fokuslah pada Membangun Kepercayaan

Beberapa tahun yang lalu, David menyampaikan materi dengan tema kepercayaan di National Speakers Association. Berdiri di depan ruangan yang penuh dengan pembicara profesional, dia membuat pernyataan yang berani: “Komunikasi tidak pernah menjadi masalah utama. Percayalah.”

Allison, yang duduk di antara hadirin, merasakan serangan defensif. Sebagai seorang ahli public speaking dan komunikasi, dia berpikir, “Bagaimana Anda bisa mengatakan bahwa komunikasi bukanlah masalahnya? Saya telah menghabiskan karier saya mengajar orang-orang bahwa keterampilan komunikasi akan membuat atau menghancurkan efektivitas mereka sebagai seorang leader.”

Tapi Allison segera menyadari kalau David memang benar. Agar keterampilan presentasi kita efektif, pertama-tama kita perlu membangun kepercayaan dengan audiens kita.

Saat membuat presentasi, terkadang kita menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyampaikan pesan daripada strategi dan visi yang akan membuat pesan lebih efektif. Kita membuat kesalahan besar ketika kita melewatkan strategi dan langsung melakukan presentasi.

Kepercayaan Adalah Sebuah Proses

David telah menghabiskan kariernya membantu perusahaan-perusahaan membangun kepercayaan. David dan timnya di Trust Edge Leadership Institute menerbitkan Trust Outlook, sebuah studi tahunan tentang dampak kepercayaan di seluruh industri dan di seluruh dunia. Selama bertahun-tahun dia belajar banyak tentang pentingnya membangun kepercayaan, dan bagaimana para leader menang dan kalah.

Dalam Trust Outlook 2020, 80% orang Amerika mengatakan mereka tidak akan mengikuti leader yang tidak mereka percayai. Menurut penelitian, alasan nomor satu orang tidak akan membeli dari sales person adalah kurangnya kepercayaan. Selain itu, di AS hampir 8 dari 10 orang tidak akan merujuk produk atau layanan seseorang yang tidak mereka percayai. Kepercayaan adalah cara perusahaan memenangkan loyalitas kita: responden melaporkan bahwa alasan utama mereka ingin bekerja untuk sebuah perusahaan—lebih dari sekadar kompensasi atau budaya perusahaan—adalah leadership yang tepercaya.

Setelah konferensi, Allison merenungkan cara-cara baru para leader supaya dapat menggunakan keterampilan komunikasi untuk membangun kepercayaan. Dia berpikir tentang bagaimana dia dan timnya mengajarkan persuasi: mereka menekankan bahwa persuasi bukanlah sebuah pidato, melainkan sebuah proses. Strategi sebelum presentasi sangat penting untuk mendapatkan dukungan dari audiens.

Allison menemukan kaitan langsung antara pola pikir tersebut dan masalah kepercayaan. Sebagai pembicara, tujuan pertama kita adalah membangun kepercayaan pada kredibilitas kita, keyakinan kita pada apa yang kami lakukan, atau kemampuan kita untuk memberikan value. Dengan begitu kita dapat memobilisasi audiens kita untuk mengambil tindakan berkaitan dengan visi bersama.

5 Kompetensi Leaders

Ketika Allison akhirnya berbicara dengan David, mereka menyadari bahwa pandangan mereka tentang topik itu saling melengkapi. Mereka bersama-sama mengidentifikasi 5 kompetensi yang dapat dimanfaatkan seorang leader untuk mendapatkan dukungan dan membangun kepercayaan dalam konteks presentasi, berdasarkan penelitian David. Saat mempersiapkan pertemuan atau presentasi untuk tim leadership mereka, seorang leader dapat meninjau kelima kompetensi dan bertanya pada diri sendiri bagaimana mereka menangani masing-masing kompetensi tersebut dalam presentasi mereka.

1. Kejelasan

Salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan dalam program komunikasi leadership Allison—dari eksekutif bisnis Amerika hingga leaders internasional di semua sektor—adalah bagaimana berbicara langsung ke intinya. Para leader dan tim mereka tahu bahwa ketika mereka berbicara, mereka kehilangan perhatian audiens dan kemampuan mereka untuk membuat poin persuasif. Mereka menangkap sesuatu yang nyata: penelitian David menunjukkan bahwa orang memercayai kejelasan dan tidak memercayai hal yang ambigu atau terlalu rumit. Seorang leader mungkin saja tidak dipercaya karena mereka tidak jelas tentang visi mereka. Seorang manajer mungkin tidak dipercaya karena mereka tidak jelas tentang harapan mereka. Seorang sales profesional mungkin tidak dapat dipercaya karena mereka tidak memahami manfaat produk atau layanan mereka.

Kejelasan sangat penting ketika berbicara kepada audiens yang tidak dikenal yang tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang pekerjaan Anda; komunikasi yang jelas memungkinkan kemampuan kita terlihat. Kita mencapai ini dengan mengidentifikasi tujuan presentasi kita terlebih dahulu dan kemudian menggunakan struktur yang jelas dengan transisi logis untuk mencapai tujuan itu. Kemudian, kita membaca presentasi keras-keras dan bertanya pada diri sendiri apakah itu masuk akal bagi audiens kita dan menyesuaikannya hingga benar.

2. Belas kasih 

Tidak merasa dihargai adalah alasan utama yang dilaporkan orang-orang saat meninggalkan pekerjaan melalui Trust Outlook 2018. Salah satu cara tim David mengajarkan belas kasih di tempat kerja adalah melalui apresiasi. Para leader perlu bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana saya menunjukkan bahwa saya peduli dengan audiens saya?”

Ada beberapa cara mereka dapat memproyeksikan belas kasih. Ketika kita menggunakan bahasa yang lebih inklusif seperti “Kita melakukan ini bersama-sama” alih-alih “Saya melakukan ini untuk Anda”, maka kita menarik perhatian audiens. Ketika kita menempatkan diri kita pada posisi audiens dan berempati dengan apa yang mereka rasakan, maka kita membuat mereka merasa didengar dan dipahami. Belas kasih juga tentang menggunakan waktu untuk mempersiapkan dan mengatur, menunjukkan bahwa kita cukup peduli pada audiens untuk menyiapkan konten yang relevan bagi mereka. Seorang pembicara yang penuh belas kasih secara konsisten menggunakan bahasa seperti, “Jadi arti hal ini bagi Anda adalah…”

3. Kompetensi

Salah satu cara kita menginspirasi dengan kepercayaan adalah dengan menunjukkan bahwa kita tahu cara melakukan pekerjaan kita. Setiap kali kita berbicara, audiens kita mengevaluasi tidak hanya apakah kita percaya pada apa yang kita katakan tetapi juga apakah kita mampu melakukannya.

Kita dapat menunjukkan kompetensi dalam banyak cara ketika kita berbicara. Pertama, kita dapat mendemonstrasikan pengetahuan tentang suatu topik dengan menggunakan contoh dari pengalaman kita sendiri atau sharing tren terkini di industri kita. Kedua, kita menunjukkan kompetensi dengan berinvestasi dalam keterampilan presentasi kita sehingga kita menyajikan presentasi yang kohesif dan persuasif. Ketika seorang leader berkata “Saya tahu kita hanya punya waktu 20 menit tetapi saya bisa berbicara selama satu jam tentang topik ini, jadi interupsi saja saya jika sudah selesai waktunya” mereka menunjukkan kurangnya kompetensi dalam menyiapkan konten mereka untuk waktu yang ditentukan (serta kurangnya belas kasih kepada waktu yang dimiliki audiens mereka).

4. Koneksi

Dalam artikel HBR-nya berpengaruh, “The Neuroscience of Trust,” Profesor Paul Zak membagikan bagaimana cerita bisa menyentuh emosi audiens Anda, menghasilkan oksitosin di otak mereka dan mengarah ke rasa percaya dan terhubung. Menggunakan cerita adalah cara yang ampuh untuk memperkenalkan diri Anda kepada audiens baru, karena melalui nilai-nilai bersama, audiens mulai terhubung dengan Anda secara pribadi.

Contoh personal apa yang bisa Anda bagikan dalam presentasi Anda? Kami merekomendasikan fokus pada cerita yang menunjukkan transparansi dan kerentanan. Dalam Trust Outlook 2020, 92% karyawan mengatakan mereka akan lebih memercayai leader senior mereka jika leader tersebut lebih transparan tentang kesalahan mereka. Ada perbedaan-perbedaan kecil di sini, tentu saja: ini tidak berarti bahwa transparansi sama dengan kepercayaan, karena kerahasiaan juga dipercaya. Namun, kita bisa lebih simpati dengan tantangan yang dialami seseorang daripada kemampuan mereka.

5. Konsistensi

Meskipun kami membahas kemampuan ini di akhir, namun sebenarnya ini salah satu hal yang paling penting. Salah satu pembicara favorit Allison adalah kepala unit bisnis di lembaga keuangan Fortune 50. Apa yang membuat wanita ini menjadi pembicara yang kuat bukanlah keterampilan presentasinya yang rumit. Sebaliknya, itu adalah kemampuannya untuk menjadi pembicara yang memiliki kesamaan rasa percaya diri dan orisinal baik saat berdiri di panggung di depan 1.000 orang maupun saat dia di depan kelompok yang terdiri dari 5 orang.

Apakah pesan Anda terus berubah atau tetap konsisten? Apakah tindakan Anda sesuai dengan kata-kata Anda? Kepercayaan itu melebihi sebuah brand atau logo, begitulah perasaan audiens dalam setiap interaksi. Untuk menunjukkan konsistensi, kita perlu secara konsisten siap dan intensional dalam menggunakan kata-kata dan tindakan kita. Konsistensi adalah bagaimana kita membangun reputasi positif, baik di tingkat perusahaan maupun individu.

Kelima kompetensi tersebut tidak mudah untuk dibangun, namun begitu Anda menjadikannya praktik standar dalam gaya leadership Anda, mereka akan menjadi lebih mudah untuk diterapkan. Ketika Anda meluangkan waktu untuk mempersiapkan presentasi, pidato, atau pesan yang sulit, luangkan waktu untuk bertanya pada diri sendiri bagaimana Anda membangun kepercayaan dengan audiens Anda. Hasilnya akan berdampak besar dan positif pada retensi, moral perusahaan, produktivitas, dan hasil bisnis.

Sumber: Harvard Business Review (Allison Shapira dan David Horsager, 09 Maret 2022)

Share your love
Facebook
Twitter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *