“Mimetic desire” adalah sebuah konsep yang bermula dari filsuf Prancis, René Girard. Ia memercayai jika keinginan (desire) kita tidak sepenuhnya berasal dari diri kita sendiri. Melainkan keinginan dihasilkan dan dibentuk melalui proses sosial saat orang meniru keinginan dari orang lain (mimesis berasal dari kata Yunani yang berarti meniru).
Sejauh mana keinginan bersifat mimetik masih samar-samar. Beberapa murid dari Girard meyakini jika semua hal yang diinginkan manusia itu turunan dari apa yang sudah diinginkan orang lain. Sementara itu, yang lainnya berpikir jika hanya keinginan tertentu saja yang berasal dari orang lain.
Jadi, nampak jelas jika setidaknya beberapa keinginan memang bersifat mimetik. Ketika kita masih kecil, kemungkinan kita menginginkan melakukan hal (seperti berolahraga) karena teman-teman kita juga melakukannya. Bahkan, saat dewasa, kita sangat rentan dengan perilaku mimetik. Misalnya, mudah saja bagi kita punya keinginan pergi berlibur ke suatu tempat setelah kita melihat foto liburan yang indah di Instagram.
Memahami relasi diri kita dengan mimetic desire adalah langkah penting untuk menjadi seorang yang ketika menentukan pilihan bukan karena diturunkan secara sosial, tetapi secara intensional. Ini akan membuat diri Anda mendapatkan kebebasan dari tren, kelompok, dan mode—kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak hak dalam memilih kehidupan yang diinginkan.
Berikut adalah tiga cara terpenting dari Stoicism yang bisa membantu Anda:
Beri Jeda
Epictetus menulis: “Nalar keinginan bermaksud untuk melindungi apa yang Anda inginkan… Jika Anda gagal dalam keinginan Anda, Anda tidak beruntung, jika Anda menjalani hal yang sebenarnya ingin Anda hindari, Anda tidak bahagia… Terkait keinginan, tunda itu sepenuhnya untuk sekarang.” (Enchiridion, 2.1-2)
Perhatikan bahwa dia mengakhiri kalimatnya dengan “untuk sekarang” bukan berarti dalam waktu tak terbatas. Epictetus menyarankan kita memberikan jarak dalam kurun waktu tertentu untuk memikirkan secara kritis supaya kita bisa membedakan keinginan mana yang membawa pada kehidupan yang baik dan tidak. Ia menyarankan supaya kita mengatakan pada keinginan kita, “Tunggu dulu, biarkan aku mengujimu dulu.”
Kita tidak bisa menangguhkan semua keinginan kita. Manusia adalah makhluk yang menginginkan (hal-hal). Tetapi, kita tidak seharusnya memercayai secara langsung semua keinginan yang muncul dalam diri kita. Marcus Aurelius memiliki latihan ampuh untuk membantu kita membuka tabir yang menutup semuanya…
Misalnya, saat melihat daging panggang dan hidangan lain di depan Anda, lalu tiba-tiba sadari jika: ini hanyalah ikan mati. Burung mati. Babi mati. Atau anggap saja jika Noble Vintage hanyalah jus anggur, dan jubah ungu itu adalah wol domba yang diwarnai dengan darah kerang… Persepsi seperti itu—menempel pada barang dan melekat pada barang tersebut, jadi kita melihat apa sebenarnya benda itu. Itulah yang perlu kita lakukan sepanjang waktu.
Stoicism mengajarkan supaya kita seharusnya membedakan keinginan secara hati-hati. Seperti memulai dengan memisahkan keinginan kita supaya kita bisa menilainya secara kritis.
Bertindak dengan Teliti
Teori mimetic desire dari Girard tidak memberikan solusi praktis untuk masalah ini. Jika keinginan kita benar-benar mimetik maka kita tidak punya banyak kendali terhadap keinginan kita sebagaimana yang kita pikirkan. Jadi, apa yang harus kita lakukan?
Marcus Aurelius memberikan resep Stoic untuk hal ini. Dia menulis jika “kemajuan dalam pemikiran rasional berarti tidak menerima kepalsuan atau ketidakpastian dalam persepsinya, tetapi menjadikan tindakan yang tidak hanya mementingkan diri sendiri sebagai satu-satunya tujuan, serta mencari dan menghindari hanya hal-hal yang dapat dikendalikan.”
Dengan cara melakukan tindakan yang secara intensional-lah yang bisa membawa kita bergerak maju—bukan dengan menghabiskan seluruh waktu kita bergulat atau termakan oleh keinginan kita.
Kita harus bertindak. Dan itu dilakukan melalui tindakan yang sejalan dengan keinginan kita yang sebenarnya. “Belajarlah untuk mempertanyakan semua tindakan,” tulis Marcus, “‘Mengapa orang-orang melakukan itu?’ Dan mulailah dengan dengan tindakan Anda sendiri.’”
Keinginan yang Abadi
Keinginan itu muncul dan hilang, tetapi beberapa keinginan tidak berubah. Kebijaksanaan dari para Stoic sangatlah relevan di masa sekarang karena sudah teruji oleh waktu akan sifat manusia.
Empat kebajikan Stoic yang dikatakan dalam surat yang ditulis oleh Marcus Aurelius adalah keadilan, kehati-hatian, pengendalian diri, dan keberanian. Selama ribuan tahun, orang mengejar kebajikan ini dan menemukan bahwa kebajikan tersebut tidak merugikan. Kita dapat menganggap kebajikan tersebut sebagai keinginan abadi dari orang-orang bijak.
Kebajikan ini juga membentuk dasar moralitas praktis. Penulis hebat, Montesquieu, pengagum para Stoic, menulis ini dalam sepucuk surat kepada seorang teman pada tahun 1750:
Sekitar tiga puluh tahun yang lalu, saya menyusun proyek menulis buku mengenai kewajiban (duty). Risalah Cicero, On Duties menarik perhatian saya sehingga saya menjadikannya sebagai panutan. Seperti yang Anda ketahui, Cicero, seolah-olah menyalin Panaetius, yang adalah seorang Stoic, dan para Stoic telah menangani masalah ini dengan sangat sukses. Jadi saya membaca karya-karya utama para Stoic, di antaranya Moral Reflections of Marcus Aurelius, yang mengejutkan saya sebagai mahakarya Antiquity. Saya akui bahwa saya terkesan dengan moralitasnya dan seharusnya saya ingin menjadikan Marcus Aurelius sebagai orang suci […]. Yang paling mengesankan saya adalah menemukan bahwa moralitas ini praktis…Montesquieu dapat memahami orang-orang yang hidup hampir 2.000 tahun sebelumnya karena ada keinginan yang turun temurun yang umumnya dimiliki orang-orang dari berbagai masa dan di semua tempat. Mengejar keinginan-keinginan itu mencegah kita dari mengejar keinginan fana—dan sebagai gantinya, kita mengejar lebih banyak keinginan mimesis. Kita bisa mengambil jalan tengah dengan mempelajari gabungan kebijaksanaan dari orang-orang hebat yang hidup sebelum kita. Empat kebajikan dari para Stoic di atas adalah pilihan yang baik untuk memulai.
Sumber: Dailystoic
 
				 
															




