Makna Sebenarnya dari Memiliki “Growth Mindset” atau “Pola Pikir Berkembang”

Para cendekiawan begitu bersyukur ketika pemikiran-pemikiran mereka diakui. Dan mereka akan lebih bersyukur ketika pemikiran itu memberikan dampak, misalnya meningkatkan motivasi, inovasi, atau productivity. Namun, popularitas itu ada konsekuensinya: orang-orang terkadang memutarbalikkan pemikiran tersebut sehingga para cendekiawan gagal menuai keuntungannya. Ini mulai terjadi dalam penelitian saya mengenai pola pikir “berkembang” versus “tetap” di antara individu di dalam perusahaan. 

Secara singkat, penemuan dari penelitian ini menunjukkan jika: Individu yang meyakini jika bakat mereka bisa dikembangkan (melalui kerja keras, strategi yang bagus, dan input dari orang lain) memiliki pola pikir berkembang. Mereka cenderung ingin mencapai lebih dari orang-orang yang memiliki pola pikir tetap (mereka yang percaya jika bakat adalah pembawaan lahir). Ini karena mereka memiliki sedikit kekhawatiran untuk terlihat pintar dan mereka mencurahkan energi yang lebih untuk belajar. Saat seluruh perusahaan merangkul pola pikir berkembang, karyawan mereka merasakan lebih berdaya dan berkomitmen; mereka juga menerima dukungan perusahaan yang lebih besar untuk melakukan kerja sama dan inovasi. Sebaliknya, orang-orang di perusahaan dengan pola pikir tetap melaporkan lebih dari satu hal ini: kecurangan dan penipuan di antara karyawan, kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dalam persaingan kemampuan. 

Setelah penemuan ini, “pola pikir berkembang” atau growth mindset menjadi sebuah kata kunci di banyak perusahaan besar, bahkan masuk ke dalam pernyataan misi mereka. Tetapi, saat saya menyelidiki, saya sering menemukan jika pemahaman orang mengenai hal tersebut masih terbatas. Mari lihat pada tiga kesalahpahaman yang umum terjadi ini. 

  • Saya sudah memiliki pola pikir ini, dan saya selalu memilikinya. Orang-orang sering salah penafsiran antara pola pikir berkembang dengan menjadi fleksibel atau memiliki pemikiran terbuka atau pandangan positif. Mereka selalu meyakini sudah memiliki kualitas itu. Rekan-rekan saya dan saya menyebutnya sebagai pola pikir berkembang yang salah. Setiap orang sebenarnya memiliki campuran dari pola pikir tetap dan berkembang, dan campuran ini sering kali tumbuh dengan pengalaman. Pola pikir berkembang yang “murni” itu sebenarnya tidak ada, dan inilah yang harus kita akui untuk mencapai manfaat yang kita cari. 
  • Pola pikir berkembang hanyalah tentang memuji dan menghargai usaha. Hal ini tidak berlaku untuk siswa di sekolah dan tidak berlaku untuk karyawan di perusahaan. Dalam kedua hal ini, hasil yang dinilai penting. Upaya yang tidak produktif bukanlah suatu hal baik. Sangat penting untuk menghargai pembelajaran dan kemajuan, bukan hanya upaya semata, dan menekankan proses untuk menghasilkan hal-hal ini, seperti mencari bantuan dari orang lain, mencoba strategi baru, dan memanfaatkan kemunduran untuk bergerak maju secara efektif. Dalam semua penelitian kami, hasil intinya berkaitan dengan keterlibatan mendalam dalam proses ini.
  • Rangkul pola pikir berkembang dan hal-hal baik akan terjadi. Memiliki misi perusahaan adalah hal yang luar biasa. Misi perusahaan yang penuh dengan nilai kebaikan seperti pertumbuhan, pemberdayaan, atau inovasi memang tak dapat diperdebatkan. Tapi apa artinya misi itu bagi karyawan jika perusahaan tidak menerapkan kebijakan yang membuat misi itu nyata dan dapat dicapai? Misi itu hanya akan jadi sebatas omongan saja. Perusahaan yang mewujudkan pola pikir berkembang mendorong pengambilan risiko yang tepat, menyadari jika beberapa risiko tidak akan terjadi. Mereka memberi apresiasi kepada karyawan atas pengalaman yang bisa menjadi bahan pembelajaran penting, bahkan untuk sebuah proyek yang tidak mencapai tujuan awalnya. Mereka mendukung kolaborasi lintas batas perusahaan daripada persaingan di antara karyawan atau unit. Mereka berkomitmen untuk pertumbuhan setiap anggota, tidak hanya dalam kata-kata tetapi dalam perbuatan, seperti peluang pengembangan dan kemajuan yang tersedia secara luas. Dan mereka terus memperkuat nilai-nilai dari pola pikir berkembang dengan kebijakan yang konkrit.

Bahkan jika kita mengoreksi kesalahpahaman ini, masih tidak mudah untuk mencapai pola pikir berkembang. Salah satu alasan mengapa kita semua memiliki pemicu pola pikir tetap kita sendiri adalah ketika kita menghadapi tantangan, menerima kritik, atau dibandingkan secara buruk dengan orang lain, kita dengan mudah jatuh ke dalam ketidakamanan atau pembelaan diri, suatu respons yang menghambat pertumbuhan. Lingkungan kerja kita juga bisa penuh dengan pemicu pola pikir tetap. Perusahaan yang memainkan kemampuan mempersulit orang untuk mempraktikkan pemikiran dan perilaku pola pikir berkembang, seperti berbagi informasi, berkolaborasi, berinovasi, mencari feedback, atau mengakui kesalahan.

Untuk tetap berprogres, kita harus mengidentifikasi dan bekerja dengan pemicu ini. Banyak manajer dan eksekutif mendapat manfaat dengan belajar mengenali kapan ”persona” pola pikir tetap mereka akan muncul dan apa yang dikatakan oleh “persona” ini untuk membuat diri mereka merasa terancam atau defensif. Yang terpenting, dari waktu ke waktu para manajer dan eksekutif telah belajar untuk mengajak bicara persona ini, membujuknya untuk berkolaborasi dengan mereka saat mereka mengejar tujuan yang menantang.

Itu memang membutuhkan kerja keras, tetapi individu dan perusahaan dapat memperoleh banyak hal dengan memperdalam pemahaman mereka tentang konsep pola pikir berkembang dan proses untuk mempraktikkannya. Hal ini akan memberi mereka perasaan yang lebih kaya tentang siapa mereka, apa yang mereka perjuangkan, dan bagaimana mereka ingin maju.

Sumber: HBR (Carol Dweck, 13 Januari 2016)

Share your love
Facebook
Twitter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *