Kita semua ingin percaya bahwa kita melihat dunia apa adanya. Tetapi seperti yang telah ditunjukkan oleh banyak psikolog perilaku (behavioral psychologists), kita sebenarnya melihat dunia melalui kaca depan yang punya bias, asumsi, dan penilaian yang kotor. Jadi, bagaimana kita bisa menghilangkan dan mengidentifikasi kesalahan mental yang mengaburkan kaca depan kita dan menghalangi pemikiran yang jernih? Dan begitu kita mengidentifikasi bias kita, bagaimana kita bisa mengendalikan dan melawannya untuk membuat keputusan yang lebih baik?
Salah satu cara terbaik untuk menghalangi bias adalah dengan menghadapi ekspektasi mendasar kita, yaitu asumsi dan penilaian yang mendasari proses pengambilan keputusan kita.
Ekspektasi bukanlah aktor pasif. Mereka memiliki https://ruangpikir.com/wp-content/uploads/2020/11/single-post-featured-image10.jpggannya sendiri karena mereka menuntun kita untuk bertindak berdasarkan asumsi yang mungkin benar atau mungkin tidak benar. Tanpa menyadari ekspektasi kita, kita tidak akan tahu https://ruangpikir.com/wp-content/uploads/2020/11/single-post-featured-image10.jpggan seperti apa yang kita hasilkan. Apakah kita membuka diri untuk pertanyaan dan hubungan dengan orang lain? Atau apakah kita menutup jalur dan peluang untuk inklusi dan pemecahan masalah yang lebih menyeluruh?
Ekspektasi dapat memberi tahu—bahkan mendikte—proses pengambilan keputusan kita karena bahkan ketika kita melihat ke depan, pemikiran kita dibentuk oleh tindakan masa lalu dan persepsi kita tentang hasil masa lalu. Kita sering tidak menyadari bahwa kita telah menetapkan ekspektasi karena kita melompat ke dalam proses pengambilan keputusan tanpa membuat yang tersirat menjadi eksplisit.
Kerangka BIAS
Jadi bagaimana kita memahami dan menjelaskan ekspektasi kita? Saya telah membuat kerangka kerja yang meminta Anda untuk mempertimbangkan keputusan Anda dari empat sudut pandang: behaviour (perilaku Anda), information (informasi Anda), analysis (analisis Anda), dan structure (struktur, atau lingkungan di sekitar Anda) saat membuat keputusan. Saya menyebutnya kerangka BIAS, mengambil huruf pertama dari setiap sudut pandang. Tujuannya adalah menggunakan pendekatan terstruktur untuk menjaga pikiran Anda tetap terbuka, melanjutkan analisis Anda, dan mencegah kelumpuhan, karena keputusan terbaik, bahkan jika sebagian dibentuk oleh naluri, lebih baik untuk menjadi produk dari proses berpikir, bukan hanya sebuah pikiran.
Untuk mengilustrasikan cara menggunakan kerangka BIAS, saya ingin memperkenalkan Bill, putra paruh baya dari orang tua yang sudah lanjut usia. Orang tua Bill ingin pindah dari rumah bertingkat tempat mereka membina keluarga. Mereka datang untuk meminta tolong Bill dalam mengambil keputusan berisiko tinggi ini. Bersama-sama mereka akan memutuskan ke mana orang tua Bill akan tinggal selanjutnya. Ketiganya berasumsi bahwa langkah itu akan sulit baik secara emosional maupun fisik. Mereka percaya bahwa satu opsi yaitu pindah ke fasilitas perawatan lansia yang menawarkan rangkaian perawatan adalah keputusan paling mudah. Tapi apakah itu benar-benar pilihan terbaik?
Behaviour (Perilaku)
Langkah pertama dalam menantang ekspektasi adalah menghadapi asumsi Anda tentang perilaku Anda sendiri, serta perilaku orang lain yang terlibat dalam pengambilan keputusan Anda.
Bill tidak pernah diminta membantu orang tuanya pada keputusan sebesar ini. Dia merasa tersanjung bahwa mereka telah memintanya tetapi setelah terlibat dengan mereka dalam keputusan berisiko tinggi lainnya, dia sangat ingin mendukung. Bill juga menyadari ketidaknyamanannya dengan percakapan yang sulit dan emosional. Jadi, ketika orang tuanya memfokuskan pencarian mereka hanya pada fasilitas perawatan lansia yang menawarkan perawatan berkelanjutan karena mereka tidak ingin menghadapi banyak perubahan di masa depan, Bill dengan senang hati setuju dengan mereka. Bill berasumsi mereka akan menolak opsi apa pun selain satu opsi tersebut.
Dalam memahami perilakunya, Bill menyadari bahwa persetujuannya akan fokus orang tuanya pada fasilitas perawatan lansia sebagian dihttps://ruangpikir.com/wp-content/uploads/2020/11/single-post-featured-image10.jpgg oleh keinginannya untuk menghindari diskusi alot. Bill mengidentifikasi framing dan anchoring bias dalam perilakunya yang dapat menyesatkan dia dan orang tuanya. Keputusan yang perlu mereka buat bukanlah tentang menyederhanakan proses pemindahan; tetapi berkaitan dengan jenis gaya hidup yang diinginkan orang tua Bill sekarang, dan apa yang mungkin mereka butuhkan di masa depan.
Untuk lebih memahami dengan jelas bagaimana ekspektasi Anda terkait perilaku yang memengaruhi pengambilan keputusan Anda, tanyakan pada diri Anda:
- Apakah ada perilaku di sekitar keputusan Anda yang akan datang yang dapat memengaruhi kemampuan Anda untuk melihat situasi secara lebih objektif?
- Bagaimana keputusan masa lalu menhttps://ruangpikir.com/wp-content/uploads/2020/11/single-post-featured-image10.jpgg perilaku Anda? Dan bagaimana keputusan ini berbeda dari keputusan masa lalu?
- Bagaimana Anda berekspektasi pada pemangku kepentingan lain untuk berperilaku?
Bias yang harus diwaspadai: framing bias (membuat keputusan berdasarkan informasi yang dipaparkan); anchoring bias (sangat bergantung pada informasi pertama yang diterima).
Information (Informasi)
Langkah selanjutnya adalah memahami ekspektasi Anda terkait informasi yang Anda butuhkan dan inginkan dalam membuat keputusan.
Bill merasa nyaman mengumpulkan informasi; memang, dia menyukai pengumpulan data. Saat dia dan orang tuanya mulai meneliti fasilitas lokal, dia berasumsi dia bisa mendapatkan informasi harga yang transparan, dan daftar layanan dan fasilitas kualitas hidup yang ditawarkan setiap tempat—dan bahwa data ini akan menjadi data penting.
Bill berekspektasi jika orang tuanya akan peduli dengan informasi yang berkaitan dengan bagaimana mereka dapat hidup mandiri sekarang dan bahwa mereka ingin diyakinkan memiliki perawatan apa pun yang mereka butuhkan di masa depan ketika mereka membutuhkannya.
Saat Bill mendalami asumsinya tentang semua informasi yang mereka perlukan, dia kembali berputar ke langkah ekspektasi perilaku: Jika dia dan orang tuanya mulai memecahkan masalah dari kerangka yang salah (yaitu, hanya menggunakan satu opsi), mereka tidak benar-benar mengumpulkan informasi yang mereka butuhkan. Bagaimana mungkin mereka bisa menilai kebutuhan masa depan orang tuanya dengan akurat? Selanjutnya, apakah mereka dapat menilai bagaimana lembaga tertentu dapat memenuhi kebutuhan masa depan tersebut? Mungkinkah mereka menganggap bahwa banyak perhatian sama dengan perawatan yang baik? Ini disebut bias konfirmasi (confirmation bias).
Untuk lebih memahami harapan Anda terkait informasi dan dampaknya terhadap pengambilan keputusan Anda, lihat kebiasaan pengumpulan informasi Anda. Tanyakan pada diri Anda sendiri:
- Bagaimana kesamaan keputusan ini dengan keputusan lain yang Anda buat di masa lalu dan apa bedanya?
- Apa ekspektasi Anda terkait jenis informasi yang dapat Anda kumpulkan?
- Informasi apa yang Anda ekspektasikan akan diberikan oleh pemangku kepentingan keputusan lainnya?
Bias yang harus diwaspadai: confirmation bias (mencari, mendukung, atau menafsirkan informasi dengan cara yang menegaskan keyakinan yang ada); attentional bias (lebih fokus pada beberapa bagian data daripada yang lain).
Analysis (Analisis)
Cara kita menganalisis informasi juga dapat menimbulkan bias ke dalam proses pengambilan keputusan kita.
Bill biasanya memulai dengan daftar pro/kontra untuk menilai pilihannya. Namun, dia menyadari bahwa analisisnya tentang situasi mungkin tidak relevan untuk keputusan ini. Kepemilikan keputusan sebenarnya milik orang tuanya. Rumah masa depan mereka yang dipertaruhkan, bukan miliknya.
Langkah ini menjelaskan kepada Bill bahwa dia tidak ingin menhttps://ruangpikir.com/wp-content/uploads/2020/11/single-post-featured-image10.jpgg orang tuanya menuju apa yang diyakini sebagai yang terbaik. Itu bisa memperkenalkan bias proyeksi, ciri umum pemikiran kita di mana kita percaya orang lain memiliki prioritas, sikap, atau keyakinan yang sama dengan kita. Bill menyadari bahwa dia membutuhkan orang tuanya untuk berbagi bagaimana mereka ingin menganalisis pilihan hidup mereka sehingga dia dapat mendukung upaya terbaik mereka.
Selain itu, Bill tahu bahwa orang tuanya lebih fokus pada mempertahankan kebebasan mereka saat ini daripada potensi masa depan dan masalah yang tidak diketahui. Kelebihan satu titik data ini, yang disebut bias salience, mungkin membuat orang tuanya lebih menyukai informasi tentang layanan yang memenuhi gaya hidup mereka saat ini dan mengabaikan kebutuhan kesehatan yang belum ditentukan di kemudian hari.
Dengan memperjelas fokus perhatian pada hal ini, Bill dapat berdiskusi dengan orang tuanya sebelumnya tentang bagaimana mereka akan menganalisis informasi tersebut. Dia menyadari bahwa mungkin keputusan tidak harus dibuat oleh mereka bertiga sendirian. Dia memutuskan untuk bertanya kepada orang tuanya tentang pertemuan dengan dokter perawatan primer masing-masing untuk mendapatkan beberapa nasihat profesional tentang jenis layanan perawatan kesehatan masa depan supaya lebih fokus mengingat sejarah medis khusus mereka.
Untuk lebih memahami dengan jelas bagaimana cara Anda menganalisis informasi dapat memengaruhi pengambilan keputusan Anda, tanyakan pada diri Anda:
- Analisis apa yang biasanya Anda lakukan? Apakah itu relevan untuk keputusan yang Anda buat?
- Apa ekspektasi Anda tentang kemampuan Anda untuk mensintesis dan memahami informasi terkait dengan keputusan yang Anda hadapi saat ini?
- Apa yang dapat disumbangkan oleh pemangku kepentingan keputusan lainnya pada proses analisis?
Bias yang harus diwaspadai: projection bias (percaya bahwa orang lain memiliki prioritas, sikap, atau keyakinan yang sama dengan kita); salience bias (melebih-lebihkan satu titik data).
Structure (Struktur)
Langkah terakhir adalah memeriksa struktur atau lingkungan di sekitar Anda saat Anda membuat keputusan.
Orang tua Bill memang memiliki deadline, meskipun itu adalah deadline yang dibuat sendiri yaitu mereka ingin pergi dari rumah sebelum musim dingin. Anggaran mereka juga ditetapkan: Mereka akan mendapatkan uang penjualan dari rumah dan pensiun bulanan yang nyaman.
Meskipun Bill merasa bahwa dia dan orang tuanya memberikan cukup waktu untuk membuat keputusan tanpa terlalu banyak tekanan waktu, dia menyadari bahwa mereka semua berfokus pada biaya tahunan tanpa pemahaman yang baik tentang biaya pengobatan di masa depan. Tapi mungkin itu tidak bisa diketahui; kemungkinan ada batasan seberapa banyak keluarga dapat benar-benar merencanakan.
Meskipun orang tua Bill menemukan dua fasilitas yang memenuhi banyak kriteria mereka, masing-masing memiliki kekurangan yang fatal. Di satu tempat, meskipun mereka dapat membeli jenis perumahan yang mereka butuhkan sekarang, tidak ada jaminan bahwa perumahan dengan perawatan lebih akan tersedia saat mereka membutuhkannya. Fasilitas kedua, mereka menyadari, berarti mereka harus mengganti dokter perawatan primer karena perjalanannya akan menjadi terlalu lama. Keduanya sangat ingin mempertahankan hubungan mereka dengan dokter perawatan primer mereka, karena mereka masing-masing memiliki riwayat medis yang kompleks.
Untuk lebih memahami dengan jelas bagaimana struktur dapat memengaruhi pengambilan keputusan Anda, tanyakan pada diri Anda:
- Apa peluang dan batasan dari keputusan yang akan Anda buat?
- Apakah ada batas waktu?
- Mungkinkah keputusan itu fleksibel atau dibatasi oleh uang atau tekanan eksternal lainnya?
- Apakah pemangku kepentingan lainnya berada di bawah kendala?
Bias yang harus diwaspadai: kesalahan perencanaan/planning fallacy (meremehkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas di masa depan, meskipun mengetahui bahwa tugas sebelumnya umumnya memakan waktu lebih lama dari yang direncanakan); status-quo bias (lebih menyukai keadaan saat ini yang menghasilkan penolakan terhadap perubahan).
Setelah menerapkan kerangka BIAS untuk pengambilan keputusan mereka, Bill dan orang tuanya menyadari bahwa mereka memecahkan masalah yang salah. Mereka tidak membutuhkan fasilitas perawatan lansia, dan dengan mencoba menyatukan pemikiran mereka untuk mencegah opsi kedua, mereka bisa membuat keputusan yang mahal dan tidak bahagia. Mereka hanya membutuhkan sebuah rumah tanpa tangga luar dan dengan kamar tidur utama di lantai pertama.
Ketika Bill menyerahkan keputusan itu kepada orang tuanya dan menhttps://ruangpikir.com/wp-content/uploads/2020/11/single-post-featured-image10.jpgg mereka untuk membuat ekspektasi mereka lebih jelas, mereka semua dapat melihat bahwa kecemasan dan streslah yang membuat mereka fokus pada satu opsi saja.
William Shakespeare pernah menulis, “ekspektasi adalah akar dari semua rasa sakit hati.” Ketika kita menghadapi keputusan yang sulit, kita sering secara tidak sadar membuat ekspektasi—untuk diri kita sendiri dan orang lain—tentang proses pengambilan keputusan dan hasilnya. Tertanam dalam ekspektasi kita adalah bias kita, yang selalu menjadi bagian dari pemikiran kita, sehingga bisa sangat sulit untuk diungkapkan.
Kerangka BIAS memecah apa yang dapat diketahui ke dalam komponennya—perilaku kita, informasi kita, kemampuan kita untuk berpikir kritis tentang keputusan kita, dan kekuatan eksternal yang memengaruhi keputusan. Kerangka kerja ini memungkinkan kita untuk mengenali ekspektasi dan kebiasaan kita sehingga kita dapat memeriksa dan menantang bias, asumsi, dan penilaian untuk lebih terlibat dengan orang lain dan dengan keputusan kita. Sakit hati adalah bagian dari kehidupan, tetapi ekspektasi tidak harus mengarah ke sana.
Sumber: HBR (Cheryl Strauss Einhorn, 26 April 2022)